Rabu, 04 Februari 2009

Wahyu Tentang Tujuan Kekal Allah

Berpikirlah Tuhan: "Apakah Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?" (Kej 18:17).

Pada suatu hari bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya ... Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. (Kej 37:5,9)

Kemudian Yakub memanggil anak-anaknya dan berkata: "Datanglah berkumpul, supaya kuberitahukan kepadamu, apa yang akan kamu alami di kemudian hari. (Kej 49:1)

Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadaMu sebagai contoh Kemah Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya." (Kel 25:9)

Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalanNya kepada orang-orang yang rendah hati ... Tuhan bergaul karib dengan orang-orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka. (Mzm 25:9, 14)

Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu. (Kis 20:27)

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. (Kis 20:24)

Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu; yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seprti yang telah kutulis di atas dengan singkat ... Dari Injil ini aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasaNya. (Ef 3:2,3,7)

Tujuan kekal Allah tidak pernah dapat dimengerti dan dipahami oleh pikiran. Ia harus datang lewat wahyu. Semua pekerjaan Allah dimulai dengan pengabdian diri atau berdasarkan penyerahan. Namun pengabdian diri atau penyerahan semacam ini hanya muncul lewat wahyu. Sebenarnya, pekerjaan Allah (bukan pekerjaan kita, tetapi pekerjaan Allah melalui kita) dimulai hanya ketika wahyu datang. Secara jasmaniah itu adalah visi surgawi, secara batiniah itu adalah wahyu.

Allah tidak ingin kita hanya melakukan jenis pekerjaan yang umum dan bermacam-macam dariNya. Dia ingin kita mengetahui seluruh rencana Dia dan bekerja denganNya lewat tujuan dan rencana yang jelas. Karena kita bukanlah hanya pelayanNya, namun kita adalah juga temanNya.

Semua penyerahan diri dan pengabdian diri berharga, namun bila kita sudah sampai di situ, ke dua hal itu dapat menjadi lebih berharga setelah melewati wahyu. Dan pada saat itu juga menjadi lengkap. Penyerahan diri kita di hadapan wahyu ini hanyalah masalah keselamatan. Dia telah membeli saya dengan darahNya, kasihNya bagi saya tidak terucapkan. Karenanya, saya harus memberikan diri saya padaNya. Saya harus memberikan diri saya dan semua yang saya miliki padaNya karena kasih karuniaNya yang menyelamatkan saya. Namun setelah wahyu, hal itu menjadi berbeda.

Ketika kita melihat tujuan kekal Allah, kita akan menyerahkan diri pada tujuan ini, dengan penyerahan yang tidak pernah kita impikan sebelumnya - sesuatu yang lebih mendalam dan lebih mengherankan. Paulus berkata: "Kepada penglihatan dari sorga itu, tidak pernah aku tidak taat." (Kis 26:19). Dia dapat pergi melewati apa saja dan menahan apa saja karena penglihatan surgawi.

Dari orang-orang Allah, Yusuf adalah tipe yang sempurna, di dalam dia menjadi satu orang-orang yang ada sebelum dia. Namun krisis datang padanya ketika dia bermimpi. Ini adalah wahyu baginya yang di dalamnya dia melihat tujuan Allah dan bagian bagi dirinya di dalam tujuan Allah tersebut. Ini adalah permulaan pekerjaan Allah lewat dia.

Musa harus naik keatas gunung untuk menerima pola untuk kehidupan umat Allah - Sepuluh Perintah Allah dan semua hukum Allah. Kemudian dia harus mencapai pola tabernakel: "Ingatlah... bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu" (Ibrt 8:5).

Dalam bagian yang terkecil dari pekerjaan yang kita lakukan untuk Allah haruslah menurut contoh yang ditunjukkan kepada kita di atas gunung; yaitu, menurut wahyu tentang tujuan dan rencanaNya yang kekal yang sudah Allah berikan kepada kita. Namun wahyu yang didapatkan oleh Yusuf dan Musa dan yang lainnnya bersifat individual. Tidaklah demikian sekarang. Sekarang wahyu ditujukan kepada gereja. Itu bukanlah wahyu yang berbeda untuk setiap individu, namun wahyu yang sama diberikan pada seluruh gereja.

Pekerjaan Rohani Yang Berdasarkan Pada Wahyu
Semua pekerjaan Allah yang bersifat rohani berasal dari wahyu. Bila tujuan kekal Allah terpisah dari wahyu, tidak ada pekerjaan rohani yang sesungguhnya. Mungkin ada bermacam-macam pekerjaan bagi Allah yang tersebar yang diberkati olehNya, namun hal itu tidak dapat sungguh-sungguh disebut pekerjaan rohani atau kerja sama dengan Dia, jika pekerjaan itu bukanlah hasil dari wahyu mengenai tujuan kekal Allah. Haruslah sebuah wahyu dan bukan semata-mata pemahaman batiniah mengenai wahyu - bukan hanya mengerti dan melihat secara intelektual, karena hal itu sia-sia. Hal itu haruslah berupa sebuah "penglihatan" di dalam roh saudara: sebuah penglihatan tentang bidang dan pembatasan pekerjaan Allah.

Jadi hanya wahyulah yang dapat berurusan dengan pekerjaan dan pekerja. Terang dari surga menghancurkan kita berkeping-keping. Ia menghancurkan dan membunuh kita dan pekerjaan kita. Bila itu hanyalah berupa doktrin atau pengajaran, hal itu akan segera meninggalkan kita. Ia pergi dan menguap. Namun bila itu adalah terang atau wahyu, ia adalah hidup kita, dan kita tidak dapat melarikan diri darinya.

Pada suatu hari Tuhan Yesus berkata: "Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan Dia pada akhir zaman...Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku." Banyak orang tersandung karena hal ini dan meninggalkanNya. Namun, murid-muridNya ketika ditanya apakah mereka akan meniggalkanNya juga, menjawab: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal."(Yoh 6:54, 56, 57, 68).

Ketika kita melihat terang, terang itu menjadi hidup kita dan tidak pilihan lain. Kita tidak memiliki jalan lain, karena itulah yang sungguh-sungguh menjadi hidup kita. Bila kita tidak melewati jalan itu, kita mati. Namun syukur pada Allah karena hal itu bukanlah sesuatu yang harus kita ingat, atau coba kita ingat. Bila kita sudah melihatnya, kita sudah melihatnya dan akan selalu melihatnya. Ia tidak pernah meninggalakan kita. Kita menemukan bahwa tubuh adalah jawaban untuk semuanya: itu adalah kehidupan kita yang sesungguhnya. Kita tidak dapat hidup di luar tubuh.

Kepada Siapa Diwahyukan?
Setiap hal rohani yang kita miliki, datang kepada kita oleh wahyu. Hal itu datang dengan urutan seperti ini: (1) terang, (2) wahyu, (3) kehidupan, yaitu kehidupan Allah, dan (4) seluruh kekayaanNya, seluruh diriNya.

Bila Allah ingin melakukan hal yang baru - hal yang khusus - di Shanghai, di Cina, atau di mana pun di dunia apakah Ia akan menyingkapkan atau menyembunyikannya dari saudara? Ada berapa orang di Shanghai yang bisa dipercayaiNya bila Dia ingin melakukan sesuatu di sana? Biarlah kita melihat bahwa kepada orang- orang yang paling dikasihiNya dan yang paling dekat denganNyalah Dia akan menyingkapkan rahasiaNya dan rencana-rencanaNya.

Seharusnya hal ini menjadi sesuatu yang menenangkan pikiran kita.
Terjemahan bebas dari GOD'S WORK (Bab 3, Watchman Nee), mia wenas

Tidak ada komentar: