Selasa, 29 Juli 2008

Orang Benar Yang Kalah

Pelajaran Dari Kehidupan Lot

"dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa"
II Petrus 2:6-8



Saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang yang kalah, yang juga merupakan orang benar. Sebab ada orang benar yang kalah, sama seperti ada orang benar yang menang. Jika kita ingin berada di antara orang-orang benar yang menang, kita harus mengambil cerita tentang "orang benar yang kalah" ini sebagai suatu peringatan yang serius bagi kita.

Orang benar yang kalah ini adalah Lot. Lot adalah orang benar yang hatinya tersiksa setiap hari oleh kelakuan-kelakuan bejat yang ia lihat dan yang ia dengar. Sebagai orang benar, mengapa selanjutnya Lot menjadi seorang yang kalah?

Marilah kita perhatikan siapa Lot sebenarnya, karena ia sendiri bukan seorang yang terkenal atau seorang yang luar biasa. Kita mengenalnya terutama karena pamannya yang terkenal, yaitu Abraham.


Asal Mula Lot

"Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana." (Kejadian 11:31). Jika kita juga membaca di Kisah Para Rasul pasal 7, kita akan mengetahui bahwa ketika Abram masih tinggal di Mesopotamia - sebelum ia ke Haran - Allah menampakkan diri kepadanya, memanggil ia untuk meninggalkan lingkungannya dan keluarganya untuk pergi ke tempat yang akan ditunjukkan Allah. Jadi Abram meninggalkan Ur-Kasdim untuk pergi ke Kanaan. Tetapi tidak hanya ayahnya, bahkan keponakannya, yaitu Lot, ikut bersama Abram. Jadi kita dapat menganggap kehidupan Lot seperti seorang jemaat gereja atau anggota keluarga dari seorang percaya. Karena pamannya - yang sekarang menjadi seorang yang takut akan Allah - menyatakan bahwa ia harus meninggalkan Ur-Kasdim - sebuah kota yang tidak bermoral dan kota yang berdosa di hadapan Allah - maka Lot meninggalkan kota tersebut. Karena pamannya memutuskan untuk pergi ke Kanaan, Lot juga ikut ke Kanaan.

Menurut tradisi Yahudi, keluarga Terah juga termasuk salah satu penyembah berhala. Sehubungan dengan hal ini, marilah kita perhatikan bahwa di dalam kitab Yosua terdapat informasi berikut: "Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan....." (Yosua 24:2,3). Setelah mendengar pamannya mengatakan bahwa ia ingin memisahkan diri dari dunia dan menjalani kehidupan yang baik, Lot mengikuti tindakan pamannya tersebut dengan keluar dari Ur-Kasdim bersama-sama.

Di antara para pembaca mungkin ada beberapa yang tidak pernah mendapat panggilan Allah secara pribadi, tetapi ikut keluar dari kehidupan dunia karena mengikuti saudaranya yang mendengar panggilan Allah. Lot sendiri adalah seorang yang tidak secara langsung mendengar panggilan Allah; ia cuma mengikuti pamannya, Abram, yang mendapat panggilan tersebut. Mungkin ayah atau kakak atau adik atau isteri saudara yang lebih dulu percaya kepada Allah, baru kemudian saudara mengikuti tindakan mereka. Kalau demikian, saudara adalah "Lot". Tidak baik bagi saudara untuk menolak mengikuti salah seorang anggota keluarga yang percaya kepada Allah; sebaliknya sangat baik jika saudara mengikutinya dalam iman.

Lot memberikan teladan yang baik dalam hal ini karena ia tidak hanya mengikuti pamannya, tetapi ia sendiri menjadi orang benar. Kita dapat menyamakan Abram dengan orang percaya senior, dan Lot dengan orang percaya yunior. Mereka mempunyai iman yang sama karena mereka bersaudara secara jasmani. Permulaan kedua pria ini sangat membesarkan hati. Tetapi, selanjutnya mereka berpisah, dan kerohanian mereka menyimpang jauh. Mengapa?

Pilihan Lot

"Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu dan kemah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama." (Kejadian 13:5,6). Selalu mudah untuk menanggung penderitaan bersama-sama, tetapi sangat sukar untuk menikmati kemakmuran bersama-sama. Kedua orang ini keluar dari Ur-Kasdim bersama-sama dan masuk ke Kanaan bersama-sama. Betapa indahnya. Allah sangat memberkati mereka sehingga harta milik mereka berlipat ganda. Dengan bertambahnya harta benda ini timbul suatu masalah. Tanah tempat tinggal mereka tersebut tidak dapat menampung mereka bersama-sama. Padang rumput yang tersedia hanya cukup untuk ternak-ternak milik salah seorang dari mereka.

Walaupun mereka sendiri tidak saling mengatakan sesuatu terhadap yang lain, hamba-hamba mereka bertengkar karena masalah padang rumput: "Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot." (Kejadian 13:7a). Masing-masing mengklaim daerah penggembalaan yang sama. Mereka tidak dapat tinggal bersama karena harta benda mereka terlalu banyak. Banyak orang Kristen yang seperti ini sekarang - seperti kedua orang ini - dapat meninggalkan Ur-Kasdim bersama-sama tetapi mereka segera berselisih pendapat setelah tiba di Kanaan.

Sambil lalu, izinkan saya mengatakan bahwa ada sejumlah tempat di dalam Alkitab yang menyatakan dunia: Kasdim, sebagai contoh, mewakili kekacauan dunia; Sodom dan Gomora mewakili kenikmatan dosa dunia; dan Mesir mewakili dunia di bawah pengaruh kekejaman iblis. Ketiga tempat ini melambangkan dunia, tetapi masing-masing mewakili satu segi khusus dari dunia. Lot rela meninggalkan Kasdim yang penuh kekacauan, tetapi tidak rela melepaskan sesuatupun setelah tiba di Kanaan. Betapa banyak di antara kita, sebagai orang Kristen, yang bersikap demikian. Setelah kita percaya kepada Tuhan, kita enggan melepaskan ketenaran dan posisi kita di dalam kerohanian. Dan karena alasan ini, banyak terjadi pertengkaran di dalam Gereja. "Maka berkatalah Abram kepada Lot: 'Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau ? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." (Kejadian 13:8,9). Salah satu penyebab kegagalan orang Kristen adalah karena mereka tidak dapat tinggal bersama-sama. Jika saudara menemukan bahwa saudara sendiri tidak dapat bersekutu dan tinggal bersama dengan orang Kristen lainnya, atau jika saudara menganggap sanak keluarga jauh lebih baik dari saudara di dalam Kristus, atau jika saudara menghindar dari orang-orang Kristen lainnya yang bersekutu maka semua ini membuktikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan kehidupan rohani saudara. Kegagalan saudara untuk bersekutu dengan orang Kristen lain adalah tanda yang jelas dari kekalahan saudara.

Semua kesalahan ada pada pihak Lot. Abram adalah kepala keluarga, sementara Lot hanya seorang anak muda. Lebih jauh, semua yang dimiliki Lot sebenarnya datang lewat pamannya. Seharusnya ia melarang para gembalanya bertengkar dengan para gembala Abram. Abram menyadari bahwa ia tidak boleh bertengkar; dan ini dianggap sebagai kemenangannya. Seharusnya Lot mengakui bahwa lebih baik ternaknya kelaparan dari pada ia harus meninggalkan pamannya. Hanya satu keluarga di Kanaan yang percaya kepada Allah; bagaimana mungkin ia dapat memisahkan diri dari keluarga tersebut ? Sayangnya, Lot tidak berpikir seperti itu. Ia menganggap padang rumput untuk ternak dan dombanya lebih penting dari pada kesatuan keluarga. Lebih baik baginya untuk kehilangan persekutuan dengan pamannya dari pada kehilangan ternak dan domba-dombanya; ia lebih suka meninggalkan kehidupan rohaninya dalam keadaan mundur dari pada menderita karena kehilangan harta bendanya; ia lebih suka membiarkan pamannya, Abram yang takut akan Allah, pergi dari pada membiarkan salah satu ternaknya hilang. Tetapi yang lebih buruk lagi, kita melihat bahwa setelah pamannya memberikan ia pilihan, ia lebih suka memilih yang lebih baik dan meninggalkan yang buruk untuk pamannya.

"Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar." (Kejadian 13:10). Di sini, uang atau kekayaan menjadi pertimbangan utama. Sebelumnya kita menyaksikan seorang muda yang mengikuti pamannya dengan berani. Tetapi, setelah beberapa lama, kita melihat ia merasakan kesenangan dunia. Akan nampak bahwa sekarang Lot dapat lebih mudah untuk mengenyampingkan imannya di dalam Tuhan dan persekutuannya dengan orang-orang kudus - ia "melihat bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya" - dan tidak merasa keberatan jika ternak Abram tidak mendapat padang rumput yang baik. Tidak, Lot hanya memikirkan miliknya sekarang.

Sampai di sini saya ingin bertanya, sudah berapa lama saudara percaya kepada Tuhan; saya cuma ingin mengatakan bahwa saat ini Allah menempatkan dua jalan di depan saudara. Ia menempatkan dunia di depan saudara sama seperti tanah Kanaan yang Ia janjikan. Dan Ia menunggu untuk melihat apa yang saudara pilih.

Lot melihat semua Lembah Yordan, sampai ke Zoar, dan nampaknya "seperti taman TUHAN". Ya, memang, lembah tersebut nampak seperti Taman Eden milik Tuhan. Bukankah demikian juga dunia ini pada umumnya? Sodom dan Gomora menyatakan kenikmatan dosa dari dunia. Betapa banyak orang-orang dunia yang mencari berbagai macam kesenangan di dalam dosa !

"Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu" (Kejadian 13:11a). Lot memilih seluruh Lembah Yordan karena, seperti dunia, banyak berkatnya, banyak kemuliaan dan kesenangan. Bukankah itu benar-benar mirip dengan taman TUHAN? Pernah saya bertanya pada seorang saudara, apa yang ia rasakan ketika berbuat dosa. Ia menjawab bahwa hal itu seperti merasakan kesenangan surga. Ketika seseorang mula-mula percaya kepada Tuhan, ia benar-benar tidak ingin mengerjakan banyak hal. Tetapi kemudian, ketika berbuat dosa, ia menemukan kesenangan di dalam dosa. Bagi Lot, Sodom dan Gomora nampak seperti taman TUHAN. Bukankah demikian nampaknya dunia ini bagi kita - bahkan nampak seperti surga ?

Tetapi kita membaca di ayat 10 bahwa Sodom dan Gomora juga kelihatan bagi Lot "seperti tanah Mesir"! Betapa menarik; hati nurani seorang anak Allah sanggup untuk melihat dua hal yang berbeda: bahwa dunia ini nampak seperti taman TUHAN, tetapi juga seperti tanah Mesir. Ada kesenangan, tetapi juga ada penderitaan. Kita perlu ingat bahwa orang Israel sudah pernah menjadi budak di Mesir, yang sangat menderita di bawah tangan mandor-mandor Mesir. Mereka di tekan dan dicambuk dengan kasar. Mereka bahkan dipaksa untuk membuat batu bata tanpa diberi jerami sebagai bahan yang dibutuhkan. Itulah sebabnya bangsa Israel ingin meninggalkan Mesir. Hal ini merupakan gambaran yang jelas bagi mereka yang mengasihi dunia: mereka mungkin mengalami sukacita dan berkat sehingga seolah-olah berada di dalam taman TUHAN; tetapi hati nurani mereka tidak memberi sukacita. Betapa banyak orang Kristen saat ini yang mengalami kesenangan pada satu sisi tetapi pada sisi lain merasakan ketidaktenangan di dalam hati nurani ketika berbuat dosa - mengalami kesenangan dan sukacita dari taman TUHAN pada satu sisi, tetapi merasakan tekanan yang keras dan kekejaman dari Mesir pada sisi yang lain !

Izinkan saya bertanya pada orang-orang Kristen muda: Apa yang saudara pilih? Dunia dan kesenangannya? Allah tidak pernah memaksa saudara untuk memilih jalanNya; Ia cuma menunggu saudara untuk mengambil keputusan. Apakah saudara akan memilih Kanaan seperti yang dipilih Abram atau apakah saudara akan memilih dunia dengan kesenangan dan penderitaan sama seperti yang dipilih Lot? Yang mana akan saudara pilih untuk melewatkan hidup saudara?

Apa yang dikatakan Alkitab setelah Lot memilih seluruh Lembah Yordan? "....lalu ia berangkat ke sebelah timur..." (Kejadian 13:11b) - yang berarti bergerak ke arah Sodom, dan pada akhirnya berbicara tentang kejatuhan karena "... orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN." (Kejadian 13:13). Dengan membuat keputusan demikian, lambat laun seseorang akan bergerak ke arah timur. Tidak seorangpun yang melakukan dosa dalam satu hari; tidak ada seorangpun yang jatuh dalam sehari. Cuma semata-mata berjalan menyimpang sedikit hari ini, kemudian menyimpang sedikit lagi besok sampai akhirnya berdosa dan jatuh. Bagi Lot, dengan memilih Lembah Yordan membuatnya lebih mudah untuk menjaga ternaknya; air relatif lebih banyak tersedia dan tidak ada bukit yang harus didaki. Seseorang yang bergerak ke arah dunia mungkin saja hidup lebih enak; sebagai ganti kerja keras ia dapat menikmati kenikmatan dan kemudahan. Tetapi 'kemah' orang tersebut lambat laun bergerak ke arah timur.

Jika saudara sebagai orang percaya mengasihi kenikmatan dosa dunia, kaki saudara pada akhirnya akan membawa saudara ke arah dunia. Jika saudara tidak dapat menjaga langkah pertama, maka saudara tidak akan dapat menjaga langkah kedua saudara. Sejak hatimu sudah cenderung ke arah dunia, saudara tidak akan sanggup menahan kaki saudara untuk tidak bergerak sedikit demi sedikit ke arah dunia. Dengan mata saudara terpaku pada dunia, saudara tidak bisa untuk tidak berjalan ke arah dunia dan masuk ke dalamnya. Apa yang telah saudara pilih adalah dunia, dan akibatnya, saudara juga berjalan ke arah dunia.

"Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom." (Kejadian 13:12). Setelah membiarkan Lot memilih tanah yang subur, Abram terus tinggal di Kanaan - tanah tujuan yang Allah tetapkan ketika ia dipanggil dan tanah tempat Allah dapat memberkati dia dan tempat Abram dapat bertumbuh secara rohani. Sementara itu, Lot mulai tinggal di antara kota-kota Lembah Yordan - daerah yang telah ia pilih sendiri. Apakah kita seperti Abram, tinggal di Kanaan tempat Allah memanggil kita; atau kita seperti Lot, tinggal di tempat yang kita pilih sendiri?

Kristen Perbatasan

"Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom." (Kejadian 13:12b). Pada mulanya Lot mungkin berpikir bahwa sebagai orang benar ia tidak patut memilih Sodom tetapi tidak apa-apa jika memilih daerah di dekat Sodom - artinya, suatu daerah dekat Sodom, tetapi sesungguhnya bukan Sodom. Untuk tinggal di dalam kota tersebut, tanpa ragu ia mengakui bahwa hal tersebut sama sekali tidak baik, tetapi untuk tinggal di dekat kota tersebut tentunya tidak dilarang. Bukankah kita juga membuat alasan yang demikian? Kita mengatakan pada diri kita sendiri bahwa merupakan hal yang jelas tidak baik bagi seorang percaya untuk memilih dunia, tetapi jika kita memilih suatu tempat yang dekat dengan dunia mungkin tidak jelek. Alasan-alasan demikian membuat kita menjadi orang Kristen perbatasan; orang-orang dunia menganggap kita bukan bagian dari mereka tetapi orang-orang di Kanaan juga menganggap kita sebagai 'orang asing'. Merupakan kenyataan, bahwa orang Kristen perbatasan begitu dekat dengan dunia sehingga mereka sama sekali tidak dapat dikatakan tinggal di Kanaan. Mungkin kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, di mana kita tinggal saat ini?

Suatu saat, ketika saya sedang berada di luar daerah, saya bertanya kepada seorang prajurit mengapa beberapa resimen begitu mudah menjadi pembelot. Jawabannya adalah karena seragam mereka berwarna abu-abu. Warna ini, sebagaimana kita ketahui, adalah perpaduan antara hitam dan putih; jadi bukan hitam dan bukan juga putih. Sayangnya, banyak orang Kristen yang seperti warna abu-abu ini. Mereka nampaknya berada di taman TUHAN, tetapi mereka muncul juga di tanah Mesir. Mereka melekat kepada dunia sama seperti melekat kepada Allah.

Izinkan saya bertanya kepada saudara - di sisi mana saudara berada? Apakah saudara seorang Kristen abu-abu, tidak putih dan juga tidak hitam? Ketika orang-orang dunia bertemu dengan saudara, apakah mereka mengeritik atau mengejek saudara sebagai orang-orang yang 'ketinggalan zaman' karena saudara terlalu berbeda dengan mereka? Betapa sangat menyakitkan jika orang-orang berkata, "Kami pikir, sebagai orang Kristen, seharusnya saudara sangat berbeda dengan kami, tetapi pada kenyataannya saudara sama dengan kami!" Hal tersebut adalah pernyataan memalukan tentang orang Kristen dari seorang duniawi. Banyak orang percaya yang tidak rela untuk berdiri dan mengakui bahwa mereka adalah milik Kristus. Mereka menghibur diri mereka dengan pikiran bahwa tidak penting untuk mengatakan hal tersebut. Di satu sisi, mereka tidak mau meninggalkan taman TUHAN, dan di sisi lain mereka tetap setia kepada tanah Mesir. Mereka menganggap diri mereka Kristen karena setiap Minggu pagi pergi ke kebaktian gereja dan menyediakan lima menit pembacaan Alkitab setiap hari. Tetapi di dalam kehidupan mereka tidak ada persekutuan Kristen; mereka tidak dapat melepaskan diri mereka dari ikatan terhadap segala harta milik mereka. Hendaknya kita meminta Allah melepaskan kita dari tindakan berbahaya ini.

Apakah Lot mengetahui keadaan di Sodom? Pasti ia mengetahuinya, karena orang-orang Sodom ini benar-benar terkenal jahat dan sangat berdosa kepada Allah, seperti catatan Alkitab yang membuat hal ini jelas: "Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN." (Kejadian 13:13). Namun dengan mengabaikan apa yang ia ketahui tentang kebejatan di sana, Lot bergerak sedikit demi sedikit ke arah Sodom dan, seperti yang akan kita lihat, Lot sebenarnya bergerak ke dalam kota tersebut. Pada waktu kaki saudara bergerak menjauhi orang-orang Kristen lainnya, 'tenda' saudara secara lambat namun pasti bergerak mendekati Sodom dunia ini. Saudara bahkan tidak akan membenci lagi apa yang Allah benci; saudara tidak akan lagi menganggap salah apa yang Allah anggap salah, pada saat kaki saudara secara berangsur-angsur bergerak menjauh dan menjauh ke arah timur.

Ada suatu peribahasa di antara orang-orang Cina Utara yang mengatakan: Jangan takut pada gerakan yang lambat, tetapi takutlah pada keadaan tetap berdiri. Ironisnya, tetap berdiri adalah apa yang ditakuti setan; di pihak lain, bergerak lambat memberikan kesempatan bagi keinginan setan, karena dari sinilah pencobaan datang. Abaikan sedikit suara hatimu hari ini dan abaikan sedikit lagi besok; kurangi sedikit pembacaan Alkitab saudara hari ini dan kurangi lagi sedikit pada keesokan harinya; kurangi sedikit waktu doa saudara hari ini dan kurangi sedikit lagi keesokan harinya; kurangi sedikit kegiatan bersaksi saudara hari ini dan kurangi sedikit lagi keesokan harinya. Demikianlah caranya saudara undur. Setan tidak akan secara tiba-tiba menghalangi pembacaan Alkitab saudara, waktu doa saudara, atau kegiatan bersaksi saudara. Tidak! Sebagai gantinya ia akan menarik saudara ke belakang sedikit demi sedikit. Dan walaupun lambat laun, ia paling sabar untuk melakukan hal ini.

Akhirnya Lot Tinggal di Sodom

Sekarang setelah tenda Lot bergerak dengan lambat namun pasti ke arah Sodom, bahaya apa yang dihadapinya ? "... empat raja lawan lima. Di lembah Sidim itu di mana-mana ada sumur aspal. Ketika raja Sodom dan raja Gomora melarikan diri, jatuhlah mereka ke dalamnya, dan orang-orang yang masih tinggal hidup melarikan diri ke pegunungan. Segala harta benda Sodom dan Gomora beserta segala bahan makanan di rampas musuh, lalu mereka pergi. Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya, dibawa musuh, lalu mereka pergi - sebab Lot itu diam di Sodom" (Kejadian 14:9-12). Selama peperangan yang diceritakan di sini antara gabungan lima raja melawan empat raja, kelima raja tersebut kalah. Dalam proses ini Lot dan segala miliknya dibawa pergi.

Sekarang, ia menemui bencana karena pada waktu itu ia sudah tinggal di dalam Sodom. Pada mulanya, Lot hanya tinggal di dekat Sodom sebagai orang yang masih tetap percaya kepada Allah. Ia merupakan seorang yang belum memasuki kota Sodom tetapi tinggal di dekat kota tersebut. Garis batasnya masih jelas. Tetapi kita tahu dari cerita tersebut bahwa pada akhirnya Lot berdiam di dalam Sodom. Pada mulanya kita melihat ia tinggal di luar kota, tetapi sekarang ia sudah masuk ke dalam kota tersebut. Pada mulanya saudara masih memiliki ciri sebagai orang Kristen tetapi sekarang saudara sudah menjadi warga kota Sodom. Berdosa sedikit di sini dan berdosa sedikit di sana, dan saudara akan ditarik semakin dekat ke arah Sodom dunia ini. Dan setelah beberapa lama, saudara akan merasa bahwa desa di dekat kota Sodom yang saudara pilih tersebut tidak sebaik dan menguntungkan seperti kota Sodom sendiri, dan bahwa Lembah Yordan tidak begitu cocok sebagai tempat tinggal seperti kota Sodom.

Ada suatu cerita tentang seorang anak yang diberi enam buah permen oleh ibunya, yang baru boleh dimakan keesokan harinya. Anak tersebut meletakkan permen di hadapannya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak berani memakan keenam permen tersebut hari ini, tetapi ia tidak dapat menahan keinginan untuk menikmatinya. Jadi ia mulai menjilat setiap permen tersebut dengan lidahnya. Pada mulanya, masih ada enam buah permen. Tetapi permen-permen tersebut lama-lama menjadi kecil. Lalu anak tersebut mulai memakan satu buah dan meninggalkan yang lima; memakan dua dan meninggalkan tiga; dan akhirnya ia memakan semuanya. Demikianlah caranya banyak orang Kristen yang pada akhirnya berbuat dosa. Abaikan bisikan hati nurani sekali, lalu dua kali, dan tanpa sadar mereka bergerak lambat laun menuju dunia untuk mencari kesenangannya. Orang-orang Kristen perlu diingatkan satu hal: dosa bukanlah sesuatu yang dilakukan sekali dan kemudian berhenti. Karena sekali dosa dilakukan, hal itu akan menyebabkan suatu keinginan yang kuat untuk berbuat dosa lagi. Setiap kali seseorang berbuat dosa, akan timbul dua hal: pertama, timbul kesenangan atas dosa; dan kedua, timbul keinginan yang kuat untuk berbuat dosa lagi. Tepat seperti Lot yang lambat laun bergerak menuju Sodom dan akhirnya masuk ke dalam kota Sodom, maka kita juga bisa lambat laun bergerak dan akhirnya masuk ke dalam kota-kota dunia pada suatu saat nanti. Janganlah kita membohongi diri kita dengan berpikir bahwa kita tidak dapat berbuat dosa sedemikian rupa sehingga menempatkan diri kita sendiri ke dalam dunia. Jika saudara dan saya berada di manapun di dekat Sodom duniawi, maka akhirnya kita akan memasuki halamannya. Paling baik kalau kita tidak berbuat dosa. Jika kita berbuat dosa, kita tidak akan mempunyai kuasa untuk menguasai diri kita agar tidak berbuat dosa lagi.

Peringatan Allah

Allah tidak gagal dalam memberi peringatan yang cukup bagi Lot tentang masa depan. Kenyataan bahwa Lot telah ditangkap sebagai tawanan setelah kekalahan lima raja adalah peringatan Allah bahwa Sodom bukanlah tempat tinggal Lot untuk selanjutnya. Izinkan saya berkata terus terang bahwa sangat mungkin Allah sedang memperingatkan saudara ketika ada penyakit atau suatu masalah di dalam keluarga saudara atau ketika kegagalan bisnis menimpa saudara. Jika saudara seorang Kristen tetapi saudara setiap hari ditarik ke arah dunia, Allah akan memakai beberapa cara untuk membuat saudara bertobat dan kembali kepadaNya, seperti yang Ia lakukan terhadap Lot.

Sayangnya, seperti Lot dalam masa hidupnya, banyak orang percaya saat ini yang tidak peka. Walaupun mereka sakit, mempunyai masalah di rumah, dan/atau menderita bencana keuangan, mereka nampaknya tidak sadar bahwa ini semua mungkin adalah cambukan disiplin Allah untuk membuat mereka bertobat. Dan jika mereka tidak berubah, mereka akan mendatangkan kehilangan yang lebih besar, seperti yang kita lihat di dalam kasus Lot.

Ada seorang saudara yang berangsur-angsur menjadi dingin di dalam kehidupan kekristenannya. Suatu hari, seorang saudara mendorong dia agar tidak undur rohani lagi. Tetapi jawabannya adalah ini: "Tidak menjadi soal. Bukankah si Ini dan si Itu, yang mula-mula semangat, juga menjadi suam? Sekarang umurnya enam puluh tahun, dan anak laki-laki tertuanya, setelah lulus dari perguruan tinggi, tiba-tiba meninggal; akibatnya orang tua ini sekarang bangkit lagi rohaninya!". "Jika ini yang kau inginkan untuk terjadi, Allah akan mengabulkan permohonanmu," kata saudara yang lain. "Oh, tidak, saya tidak menginginkan hal itu !" teriaknya.

Perlu dikatakan bahwa Allah akan mendisiplinkan saudara jika saudara adalah milikNya sementara saudara tetap bersikeras untuk tinggal di dalam dosa-dosa dunia. Saudara mungkin akan menderita penyakit atau mengalami masalah di rumah saudara atau menderita kemunduran usaha saudara. Jika demikian, sebaiknya saudara segera mencari Allah untuk mengetahui apakah masalah-masalah ini terjadi karena saudara meninggalkan Dia. Dan jika demikian, saudara harus kembali kepadaNya, secepat mungkin saudara bisa! Seringkali jika kasih Allah tidak dapat menarik saudara, maka Allah akan menghajar saudara supaya saudara kembali. Jika FirmanNya gagal untuk menggerakkan saudara, Ia akan menggunakan penderitaan untuk menekan saudara agar kembali kepadaNya. Sebab Ia tidak akan membiarkan saudara pergi tanpa berusaha membawa saudara kembali. Sayangnya, Lot tidak memperhatikan peringatan Allah, tetapi pergi kembali ke Sodom setelah Abram menolongnya dan keluarganya.

Akhir Kehidupan Lot

"Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom..." (Kejadian 19:1). Menurut kebiasaan negara-negara Timur pada waktu itu, persoalan-persoalan penduduk diadili di pintu gerbang kota (pengadilan tradisi modern belum ada). Orang-orang terkenal dipilih sebagai tua-tua dan hakim-hakim. Dan mereka duduk di pintu gerbang kota untuk mengadili masalah-masalah apa saja yang timbul di antara penduduk. Dan karena Lot duduk di pintu gerbang Sodom, jelaslah bahwa Lot sudah diangkat. Ia tidak lagi seorang awam, tetapi seorang hakim di Sodom. Kedudukannya di dalam dunia sudah meningkat. Demikianlah cara bekerjanya dosa: pada mulanya Lot hanya berada di dekat kebejatan, kemudian ia masuk ke dalam kota, dan selanjutnya ia menjadi hakim!

Bagaimana akhir kehidupan Lot? Walaupun ia sendiri oleh kemurahan Allah diselamatkan malaikat-malaikat Allah, isterinya mati ketika di dalam perjalanan keluar dari Sodom; anak anak perempuannya, setelah keluar dari Sodom, kemudian secara sengaja melakukan percabulan dengannya ketika ia sedang mabuk; dan menantu-menantunya, yang menolak untuk diselamatkan, mati terbakar karena penghancuran yang Allah lakukan terhadap kota-kota di Lembah.

Surat Petrus yang kedua menyatakan berulang-ulang bahwa Lot adalah orang benar: "tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-rang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, sebab rang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa" (II Petrus 2:7,8). Tetapi orang benar ini sudah menjadi warga orang-orang jahat, Sodom dunia! Ia harus mencucurkan air mata karena perbuatan orang-orang Sodom yang tidak benar, tetapi ia tidak mau mencucurkan air mata untuk dirinya sendiri! Ia mengalami "tekanan yang menyakitkan" karena orang lain, tetapi ia tidak mau untuk "tersiksa jiwanya" karena dirinya yang berada dalam keadaan genting. Ketika ia melihat kebejatan yang luar biasa dari warga kota Sodom, ia berpikir untuk menolong mereka dengan membiarkan dirinya menjadi salah seorang hakim mereka, tetapi itu jelas merupakan tugas yang sia-sia (lihat Kejadian 19:1-11). Bukankah banyak orang Kristen yang demikian saat ini? Mereka sendiri sudah gagal, namun demikian mereka tetap berusaha untuk meyakinkan orang-orang lain untuk mengikut Tuhan Yesus!

Akhirnya kita tahu bahwa Allah memutuskan untuk menghancurkan kota Sodom, tetapi Ia mendengar doa Abraham dan mengirim dua malaikat untuk membebaskan Lot: "Lalu kedua orang itu berkata kepada Lot: 'Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka ke luar dari tempat ini, sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya.' Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: 'Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini.' Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja." (Kejadian 19:12-14). Kalimat terakhir ini menyingkapkan kenyataan yang menyedihkan bahwa Lot tidak mempunyai kesaksian yang sejati di hadapan menantu-menantunya, karena mereka menganggap peringatan Lot hanyalah olok-olok kepada mereka belaka. Siapa yang dapat percaya bahwa akan ada api turun dari langit?

"Ketika ia berlambat-lambat.... (Kejadian 19:16a). Betapa banyak yang disingkapkan kata-kata ini tentang Lot! Seolah-olah pada saat itu ia berpikir: "Dengarkan, ternak-ternakku; untuk kepentinganmu aku memisahkan diri dari Abraham; untukmu aku memilih Lembah Yordan. Perhatikan, domba-dombaku; kalian sudah bersama saya selama bertahun-tahun; bagaimana mungkin saya bisa meninggalkan kalian sekarang ?" Dan dengan melihat sekali lagi kepada perlengkapan rumahnya, barang-barangnya, dan mungkin juga lumbungnya, ia pasti berkata kepada dirinya sendiri: "Aku kira aku dapat tinggal di Sodom untuk beberapa lama lagi. Aku sedang merencanakan untuk membangun gudang yang lebih besar di luar kota untuk menyimpan semua persediaan makanan, barang-barang dan harta milikku. Dan aku dapat berkata kepada jiwaku, Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Bagaimana init? Sekarang saya harus meninggalkan semuanya di belakang ?!? Betapa saya tidak rela untuk meninggalkan semua yang baik-baik ini !" (bandingkan dengan Lukas 12:19).

"Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: 'Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.'" (Kejadian 19:16,17). Kata-kata ini diberikan kepada mereka setelah kedua malaikat membawa mereka ke luar kota. Saat ini mungkin saudara berada di dalam dunia, dan walaupun saudara tidak memiliki banyak harta, saudara dapat juga dengan mudah berlambat-lambat di dalam dunia sementara bencana sudah di ambang pintu, sama seperti yang dikerjakan Lot!

Ada seorang wanita tua yang mempunyai lima belas dollar. Setiap hari ia selalu menghitung ke lima belas dollar miliknya tersebut. Kita mungkin akan tertawa melihat dirinya yang begitu gila uang. Tetapi kepada mereka yang saat ini begitu mendewakan segala macam sertifikat, ijazah, dan dokumen keuangan lainnya yang tersimpan di dalam laci lemari mereka, Allah di sorga juga tertawa, sama seperti kita mentertawakan wanita tua tersebut. Buat kita, lima belas dollar tidak berarti; bagi Allah, laci yang penuh dengan segala macam sertifikat dan harta-harta dunia juga tidak berarti apa-apa.

Tuhan Yesus segera datang. Dan penghancuran Sodom, seperti yang Ia katakan, adalah gambaran dari penghancuran dunia ini yang akan datang (lihat di bawah). Jika semua harapan saudara dibangun di dunia ini, entah besar atau kecil, suatu hari semua ini akan dibakar api yang datang dari sorga. Suatu hari Allah akan menghancurkan semuanya. Dan pada saat hari itu tiba, tidak seorangpun yang bisa lolos. Izinkan saya berkata dengan jelas di sini, bahwa apa yang tidak mau dilepaskan oleh orang percaya dengan rela pada saat ini (seperti sikap Lot) harus dilepaskan pada saat itu. Pada waktu pengangkatan orang-orang percaya, Allah hanya mengangkat manusia, bukan barang-barang. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa rela melepaskan segala sesuatu saat ini.

"Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam." (Kejadian 19:26). Isteri Lot tetap melakukan keinginan suaminya: ia menoleh ke belakang. Walaupun ia tidak lagi dapat melihat barang-barangnya, ia tetap sangat ingin melihat tempat dimana ia hidup; tetapi sekarang tempat tersebut sudah habis di dalam asap. Oh, pandangan matanya menyingkapkan di mana sebenarnya hatinya berada. Oh, pandangan ke belakang ini menyatakan banyak cerita yang tersembunyi dan menyingkapkan banyak perasaan di dalam hatinya! Dan pada waktu melihat ke belakang, ia menjadi tiang garam. Hal ini menjadi peringatan yang besar dan sangat serius bahkan sampai saat ini! Tuhan kita mengatakan: "Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikanlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diriNya......... Ingatlah akan isteri Lot (Lukas 17:29-32). Pada waktu kedatangan Tuhan yang kedua kali, dunia ini akan dihakimi, dan semua yang ada di dunia akan dibakar. Semua yang mencintai dunia akan menjadi tiang garam seperti isteri Lot dahulu.

Saya percaya bahwa sebagai orang Kristen kita terlalu banyak memberi perhatian kepada hal-hal yang tidak berarti dan mengabaikan hal-hal yang kekal. Kita begitu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan sosial, transaksi bisnis, dan pendidikan anak-anak. Memang kita harus memperhatikan pendidikan anak-anak kita dan kepentingan usaha kita; tetapi kita harus tetap memperhatikan hal-hal yang kekal. Secara khusus saya ingin menyampaikan beberapa kata bagi orang-orang muda. Jalan di depan saudara mungkin masih panjang. Jika Tuhan belum datang, pilihlah jalan yang benar untuk saudara lalui. Berikan perhatian khusus saat ini kepada segala sesuatu yang berharga, yang kekal, dan yang dari Allah. Jangan harapkan kemuliaan saat ini, tetapi belajar untuk semakin dekat kepada Allah sehingga saudara dapat menyelesaikan kewajiban saudara dengan baik yang masih terletak di depan saudara. Dan bagi kita semua saya ingin mengulangi kata-kata Tuhan kita Yesus yang sangat serius: "Ingatlah akan isteri Lot!"


Terjemahan dari FROM FAITH TO FAITH by Watchman Nee (Bab 8, A Defeated Righteous Man), jcb, 30121992.

Pelajaran Dari Anak Yang Hilang

Watchman Nee

Bacaan : Lukas 15 :11-32

Saya sudah pernah membahas perumpamaan yang ada di dalam perikop ini beberapa kali. Saat ini, saya tidak bermaksud membahas keseluruhan perumpamaan ini, tetapi hanya akan memberi penekanan pada beberapa bagian saja.


S A T U

"Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku salah satu orang upahan bapa." (ayat 17-19). Seorang berdosa yang ditekan oleh lingkungan sehingga menjadi sadar akan keadaannya selalu memiliki konsep tersendiri tentang keselamatannya. Ia akan berpikir bagaimana caranya agar ia bisa diselamatkan. Ia akan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, "Apa yang harus saya perbuat supaya selamat?"

Jika saudara bertanya kepada orang-orang berdosa bagaimana caranya supaya mereka dapat diselamatkan, maka saudara akan mendengar berbagai macam jawaban. Allah punya cara tersendiri supaya manusia bisa selamat, tetapi mereka yang tidak mengenal Tuhan juga punya cara tersendiri. Jika ada 100 orang berdosa, maka akan ada 100 macam jawaban yang berbeda tentang keselamatan. Semua itu tergantung pada pengertian dan penilaian mereka masing-masing. Demikian juga halnya dengan si anak hilang dalam perumpamaan tersebut di atas. Ia juga memiliki pengertian sendiri tentang keselamatan. Ia berpikir, jika ia datang menemui ayahnya, maka ayahnya pasti akan sangat marah terhadap dia. Dan akibatnya, mungkin ia sudah siap memberi jawaban seperti ini, "Saya sudah menghabiskan semua warisan saya, Bapa. Saya tidak mempunyai hak lagi untuk memakai sepeserpun dari uang Bapa. Tetapi Bapa adalah orang yang kaya, yang mempunyai banyak orang upahan. Maukah Bapa mempekerjakan saya seperti Bapa mempekerjakan orang-orang upahan Bapa yang lainnya?" Dari sini jelas terlihat bahwa pengertiannya tentang keselamatan cuma sebatas menjadi seorang pelayan, menjadi seorang upahan! Ia tidak berpikir untuk diterima kembali sebagai anak.

Bagi orang berdosa, keselamatan dari Tuhan cuma berarti: Saya bekerja untuk Tuhan dan Tuhan memberi saya upah. Menurut banyaknya pekerjaan yang saya lakukan untuk Tuhan, maka sebanyak itulah upah yang saya terima. Cara berpikir seperti ini adalah cara berpikir seorang upahan, bukan cara berpikir seorang anak.

D U A

"Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari dan mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya." (ayat 20-22). Anak hilang tersebut akhirnya bangun dan kembali pulang kepada ayahnya. Ketika ia melihat ayahnya, ia mengucapkan kata-kata yang telah ia siapkan sebelumnya. Tetapi ketika ia hendak mengatakan kalimat: "Aku tidak layak lagi disebut anak bapa", kalimat yang akan diucapkannya itu segera terpotong. Tetapi ayahnya memerintahkan......! Haleluya! Saya mengucap syukur kepada Tuhan, karena keselamatan tidak tergantung pada konsep saya, tetapi tergantung pada apa yang ada di dalam pikiran Allah. Jika keselamatan itu tergantung pada pengertian yang dimiliki anak tersebut, maka ia cuma menjadi seorang upahan. Pikiran manusia penuh dengan aturan, penuh dengan "hukum". Artinya, seseorang hanya dapat berharap untuk menerima sesuatu sesuai dengan apa yang sudah dikerjakannya.
Anak hilang tersebut sudah menyiapkan kata-kata untuk diucapkan kepada ayahnya, tetapi kasih ayahnya begitu kuat menyentuh hatinya sehingga ia tidak mampu untuk menyelesaikan ucapannya dengan kata-kata,"Jadikanlah aku sebagai orang upahan Bapa saja." Kalau kita membaca bagian ini dengan seksama, maka kita akan melihat bahwa ayahnya sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk mengatakan hal tersebut. Kalimat yang diucapkan sebelumnya sudah cukup. Tanpa menunggu anaknya menyelesaikan kata-katanya, ia segera memerintahkan pelayan-pelayannya untuk membawa jubah yang terbaik untuk sang anak, juga cincin dan sepatu untuk dikenakan pada anaknya.

Perumpamaan di atas menyatakan bagaimana Allah memandang kita. Cara pandangNya tidak tergantung pada apa yang ada di dalam pikiran kita. Bila Ia bertindak berdasarkan pikiran kita, kita hanya akan menjadi orang upahan seumur hidup. Kita berpikir bahwa kita adalah orang yang berdosa; tetapi Tuhan menyatakan bahwa kita adalah anak-anakNya. Kita berpikir bahwa kita pasti akan binasa; tetapi Tuhan justru melayakkan kita untuk duduk bersama Dia di meja perjamuan. Jadi, sama sekali bukan hal yang berlebihan kalau kita katakan bahwa anugerahNya bagi kita sungguh luar biasa. Kita berpikir bahwa kita benar-benar tidak layak untuk disebut sebagai anak-anakNya, tetapi Ia melakukan sesuatu yang lebih jauh dari apa yang pernah kita pikirkan. Oleh sebab itu mari kita mengucap syukur kepada Tuhan, karena keselamatan yang telah diberikanNya kepada kita tidak berdasarkan konsep atau pikiran kita sendiri, melainkan berdasarkan pikiran Allah.

Ketika anak tersebut masih jauh, ayahnya telah melihatnya dan tergerak oleh belas kasihan. Ada seorang pria yang dirampok habis-habisan, dan kemudian ada seorang Samaria yang melihat dia dan tergerak oleh belas kasihan (lihat Lukas 10:33). Apa yang dimaksud dengan belas kasihan itu? Belas kasihan ditujukan kepada orang yang berada dalam posisi yang begitu lemah. Belas kasihan selalu datang dari atas, dari posisi yang lebih tinggi, dan ditujukan kepada suatu keadaan atau suasana yang memprihatinkan. Seandainya anak tersebut pulang dalam keadaan yang berkecukupan atau dengan kekayaan yang berlimpah-limpah, maka ayahnya tidak bisa menunjukkan belas kasihan. Bagaimana hatinya bisa tergerak oleh belas kasihan? Hanya karena ia melihat bahwa anaknya telah jatuh sehingga keadaannya tidak beda dengan seorang pengemis. Sejak saat itu "si pengemis" telah diterima kembali sebagai anak; ia yang mulanya mengemis-ngemis di depan pintu, kini telah diangkat sehingga ia boleh duduk di meja. Kita yang sama seperti pengemis, jauh terpisah dari Allah, telah menggerakkan belas kasihanNya.

Mari kita perhatikan hal yang lainnya; anak yang hilang itu berpikir bahwa dirinya tidak layak lagi disebut sebagai anak sehingga ia hanya berharap untuk bisa diterima sebagai orang upahan. Tetapi sang ayah memerintahkan supaya pelayan-pelayan mengenakan jubah yang terbaik, juga cincin dan sepatu kepada anaknya. Ini menunjukkan kekayaan Allah, bukan kemiskinan kita. Keselamatan berbicara tentang kekayaan Allah yang luar biasa. Betapa sering kita berpikir bahwa diri kita tidak layak, tidak berharga. Bahkan sekalipun kita sudah sadar, kalau kita berdoa tetap saja kita merasa tidak yakin apakah Allah mau mengampuni kita atau tidak. Kelihatannya orang-orang seperti kita ini tidak punya pengharapan dalam doa. Tetapi saat ini saya mau katakan kepada saudara, bahwa saudara sungguh keliru! Seorang yang sangat kaya tidak akan memikirkan tentang berapa banyaknya uang yang telah dipergunakan oleh anaknya. Sebaliknya ia akan berpikir berapa banyak uang yang bisa ia berikan kepada anaknya.
Ada sebuah ilustrasi yang menarik. Suatu saat saya berjumpa dengan seorang anak dari keluarga yang kaya. Dengan sungguh-sungguh saya menasehati dia supaya bertobat dan percaya kepada Tuhan. Suatu kali ia mengajak saya untuk bertemu dengan ayahnya. Saya meminta kepada si ayah supaya tidak menghalangi anaknya untuk percaya kepada Tuhan. Saya katakan kepadanya bahwa kalau anaknya mau bertobat, ia tidak akan memboroskan harta kekayaannya lagi. Sang ayah berkata bahwa ia memiliki sejumlah besar uang; berapapun besarnya si anak mempergunakan uang tersebut, ia tidak kuatir sama sekali. Seperti itulah Allah kita. Ia tidak kuatir kita akan menghabiskan uangNya. Kita mungkin berpikir bahwa Tuhan hanya punya seratus dollar sementara yang kita butuhkan seratus satu dollar. Kita mungkin takut seandainya semua uang itu kita habiskan, maka kita tidak punya uang sama sekali. Tetapi karena yang Allah miliki begitu banyak, dan karena Ia begitu kaya maka kita tidak perlu membatasi Dia. Ingatlah bahwa keselamatan kita mewakili besarnya kekayaan Tuhan. Ia memiliki persediaan berlimpah-limpah untuk kita gunakan sampai habis.
Saudara mungkin berpikir, saudara mempunyai suatu dosa yang tidak pernah bisa saudara kalahkan. Tetapi saya ingin bertanya kepada saudara, apakah Allah tidak mampu berbuat apa apa sehubungan dengan dosa saudara tersebut? Seringkali sebagai orang Kristen kita begitu lemah dan kalah oleh dosa; hati kita mengatakan bahwa riwayat kita sudah tamat. Tetapi yang dikatakan suara hati kita adalah keadaan kita sendiri. Hati kita mengatakan orang seperti apa kita ini, padahal darah Kristus yang mulia dan kudus telah menyatakan bagaimana sebenarnya pandangan Allah terhadap kita. Hati nurani kita telah diperciki oleh darah Kristus yang kudus itu sehingga yang kita miliki sekarang bukan lagi sekedar sebuah hati nurani dan semangkok darah, melainkan sebuah hati yang telah diperciki oleh darah Kristus. Jangan saudara pisahkan hati nurani dan darah Kristus ataupun sebaliknya. Yang ada sekarang adalah hati nurani yang sudah diperciki dengan darah Kristus, sehingga hati kita sekarang lebih putih dari salju.
Allah punya jubah untuk saudara kenakan dan Ia sama sekali tidak takut saudara akan menjualnya. Ia punya cincin untuk saudara pakai dan Ia juga tidak takut kalau saudara akan menggadaikannya; demikian juga Ia memberikan sepatu untuk saudara kenakan, dan Ia juga tidak kuatir kalau saudara akan melepaskannya. Sepantasnyalah kalau setiap anak Tuhan didandani dengan baik, karena di rumah Bapa banyak tersedia berbagai jenis benda yang bisa kita nikmati.

T I G A
"Dan ambilah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan mari kita makan dan bersukacita" (ayat 23). Jubah, cincin dan sepatu hanya dapat dipakai oleh si anak, karena benda-benda tersebut hanya dapat dikenakan kepada satu orang saja. Akan tetapi anak lembu tambun itu tentu tidak mungkin habis dimakan hanya oleh satu orang saja, karena dalam ayat itu juga dikatakan, "Marilah kita makan dan bersukacita." Ijinkan saya memberikan pengertian baru kepada saudara, yaitu tentang sukacita Allah. Pada malam ketika saya diselamatkan, semakin lama saya merenungkan hal itu, semakin saya bersukacita; saya ingin terus bernyanyi memuji Tuhan. Saya tidak peduli lagi bagaimana susunan kata-katanya ataupun nadanya. Itulah sukacita karena kelahiran baru. Tetapi ayat di atas dengan jelas menyatakan kepada kita bahwa ayahnyalah yang bersukacita saat itu. Jadi, yang ingin diceritakan di sini adalah sukacita Allah ketika Ia menyelamatkan satu orang berdosa. Yang biasa kita pikirkan adalah, betapa besar sukacita yang dimiliki oleh orang berdosa ketika ia bertobat, dan juga betapa besar sukacita kita ketika mendengar hal itu. Kita tidak menyadari sukacita Bapa di surga ketika Ia menyelamatkan satu orang berdosa. Kalau kita mengerti hal ini, barulah kita dapat mengerti hati Bapa kita.

E M P A T

"Tetapi ia (anak yang sulung) menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku." (ayat 29). Inilah kata-kata yang diucapkan anak yang sulung kepada ayahnya. Keinginan hati anak sulung tersebut adalah supaya ayahnya memberikan kepadanya "sukacita" supaya ia dapat bersenang-senang. Sementara itu si bungsu yang sudah berfoya-foya dan menghabiskan uangnya justru mendatangkan sukacita dan kebahagiaan kepada ayahnya ketika ia kembali. Sebenarnya si sulung telah benar-benar melakukan kewajibannya di rumah ayahnya, akan tetapi kekeliruannya adalah ia menghendaki ayahnya memberikan sukacita kepadanya. Padahal ayahnya mengundang dia untuk turut bersukacita bersamanya. Di sini kita perlu mengerti bagaimana hati Bapa. Ia ingin supaya kita juga turut merasakan sukacita dan kebahagiaanNya. Namun si sulung menginginkan anak kambing supaya ia bisa bersenang senang dengan teman-temannya sendiri. Ingatlah, Allah dengan caraNya sendiri tidak akan pernah memberikan sesuatu kepada seseorang kalau itu hanya untuk dinikmati oleh orang itu sendiri; Ia selalu menghendaki kita dapat menikmati segala sesuatu bersama-sama dengan Dia.

L I M A
Selanjutnya marilah kita membandingkan kedua hal ini yaitu: "mencium" dan "meja". Sang ayah merangkul anaknya dan mencium dia. Ciuman seperti ini telah membuat anaknya bahagia dan puas. Dengan ciuman itu ia tahu bahwa ayahnya sudah mengampuni dia. Semua kesalahannya tidak diungkit-ungkit lagi. Jadi, ia dibebaskan (dimerdekakan) dan dipuaskan karena semua dosa-dosanya sudah diampuni. Si bungsu kini bisa duduk bersama-sama ayahnya di meja dan hati ayahnyapun puas dan bersukacita, karena hari itu ia telah mendapatkan anaknya yang hilang. Banyak orang tidak mengerti betapa besar sukacita Allah kita jika ada satu orang diselamatkan. Mereka mengira mereka bisa selamat karena mereka memohon dengan sungguh sungguh untuk diselamatkan. Siapa yang benar-benar tahu bagaimana sukacitanya Allah ketika Ia menyelamatkan jiwa-jiwa? Ketahuilah bahwa ada suatu sukacita yang luar biasa yang Allah rasakan ketika menyelamatan jiwa-jiwa yang tersesat itu.

Ketika kita mendengar Bapa di surga berkata, "Aku telah mengampuni dosamu", kita merasakan damai dan sukacita. Kita tidak memerlukan hal-hal lain lagi untuk membuktikannya. Satu kata saja dari Allah sudah cukup buat kita, karena sekali Ia mengampuni kita, maka kita telah benar-benar diampuni. Sungguh sayang jika kita hanya memiliki sebagian sukacita dan tidak mau masuk sepenuhnya ke dalam sukacita Allah. Padahal kalau kita turut menikmati sukacita yang Allah rasakan sama artinya dengan kita menyenangkan Dia dan membuatNya bersukacita. Penyembahan keluar dari hati yang dipenuhi sukacita ilahi; penyembahan itu lebih dari sekedar ucapan syukur belaka. Penyembahan adalah kegembiraan di dalam Tuhan. Kita mengambil sukacita Allah menjadi sukacita kita. Pemazmur mengatakan, "... Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku," (Maz 43:4). Baiklah kita menjadikan Allah sebagai sukacita kita yang sangat besar.

E N A M

"Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria." (ayat 24). Allah mengajak kita untuk bersukacita karena dua alasan: pertama, karena anak ini telah mati dan menjadi hidup kembali; dan yang kedua, karena ia telah hilang dan kemudian didapat kembali. "Mati dan hidup kembali" adalah sesuatu yang didapat si anak. "Hilang, dan kemudian didapat kembali" adalah apa yang diperoleh sang ayah. Dulunya ia adalah anak yang hilang. Sekarang ia menjadi anak bapanya lagi. Awalnya, manusiapun diciptakan oleh Allah, tetapi mereka jatuh ke dalam dosa dan binasa. Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan dan membangkitkan mereka dari kematian. Inilah kebangkitan
itu. Tetapi penekanan kita sekarang adalah kepada pengertian "hilang dan didapatkan kembali".

Di dalam Lukas pasal 15 kita dapat menemukan tiga perumpamaan. Perumpamaan tentang domba yang hilang, perumpamaan tentang dirham yang hilang, dan perumpamaan tentang anak yang hilang. Pernahkah saudara merenungkan siapakah yang kehilangan semua itu? Yang sering menjadi pusat perhatian kita adalah betapa malangnya domba yang hilang tersebut. Barangkali ia tersesat dan berada di antara batu-batu yang tajam atau di tengah-tengah semak duri. Kita lupa untuk memperhatikan keadaan gembala yang kehilangan dombanya. Gembala tersebut pasti juga menderita. Betapa malangnya ia. Demikian pula kita sering memusatkan perhatian kita pada dirham atau mata uang yang hilang. Kita ikut berpikir di mana kira-kira jatuhnya uang tersebut. Kita lupa bahwa sesungguhnya si wanita itulah yang kehilangan uangnya. Ialah yang dirugikan karena kehilangan uang. Dan dalam perumpamaan anak yang hilang ini kita juga memikirkan betapa malangnya anak yang hilang itu. Berada jauh dari kampung halamannya dan bahkan tidak memiliki makanan walaupun sekedar makanan babi untuk meredakan laparnya. Kita juga turut bersukacita ketika ia diterima kembali di rumahnya, karena itu merupakan anugerah yang besar buat dia. Akan tetapi siapa yang menderita karena kehilangan anak? Sudah tentu bukan si anak hilang, tetapi ayahnya. Ayahnyalah yang paling menderita. Ia sudah menghabiskan uang untuk menyekolahkan anaknya tetapi tidak ada hasilnya. Oleh karena itu ia
berkata, anaknya telah hilang namun didapat kembali. Itulah sebabnya sang ayah dan orang-orang lainnya mulai berpesta dan bersukaria.

Pernahkan kita renungkan bahwa setiap pertobatan dan ketaatan selalu mendatangkan sukcita bagi hati Bapa di surga? Inti dari berita injil bukan terletak pada apa yang diterima oleh orang-orang berdosa, tetapi pada apa yang diterima Bapa di surga. Saudara dan saya yang menghambur-hamburkan uang, tetapi Bapa kitalah yang mengalami kerugian. Sungguh sepatutnyalah kita mempersembahkan seluruh hidup kita dan keberadaan kita kepadaNya. Berapa banyak yang bisa kita berikan kepada Tuhan? Jangan lagi kita beranggapan bahwa tidak apa-apa kalau kehidupan rohani kita agak suam-suam. Kita harus tahu apa akibatnya bagi Allah kalau kita bersikap suam-suam. Janganlah berpikir bahwa sedikit mengasihi dunia dan ikut-ikutan dengan dunia adalah hal sepele dan bukan persoalan besar. Kita harus mengerti bahwa hal itu sangat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah, membuat Bapa kita dirugikan. Setiap kali kita menyadari keadaan kita seperti yang dialami anak yang hilang tersebut, kita memperbaharui penyerahan kita kepadaNya. Jika kita mau mempersembahkan diri kita kepada Allah, maka kita membuat Ia sangat bersukacita.

Apa yang saya peroleh ataupun yang hilang dari milik saya tidaklah penting; yang penting adalah apa yang seharusnya Allah peroleh. Setiap kali saya menyadari bahwa saya sedang membuat hati Bapa gembira melalui ketaatan saya, betapa indahnya. Allah mampu menciptakan alam semesta ini dan Ia juga mampu memberikan segala sesuatu kepada manusia. Tetapi Ia bisa kehilangan hati manusia. Ia tak pernah memaksakan kehendakNya kepada siapapun. Ketika saya merenungkan kebesaranNya, kemahakuasaanNya dan segala kelimpahanNya, Ia yang adalah pencipta segala sesuatu, saya sungguh terpesona mengetahui bahwa Ia dapat memperoleh sesuatu dari makhluk seperti saya, yang tidak ubahnya seperti setitik debu atau seekor cacing yang sangat tak berarti. Ia berkata: "Marilah kita bersukacita !" Kembalinya anak yang hilang telah membuat hati Allah bersukacita. Ia yang mengisi alam semesta ini dapat bergembira dan bersukacita karena ketaatan kita yang kecil. Penyerahan tidak dipaksakan kepada kita untuk membuat kita menjadi budak; hal itu justru memampukan kita untuk masuk ke dalam sukacita ilahi, sukacitanya Allah, sehingga Ia boleh bersukacita karena kita. Betapa indahnya hal itu! Biarlah saat ini kita mau datang kepada kebahagiaan dan sukacita Allah sehingga Iapun dapat bersukacita oleh karena kita!

Terjemahan dari GRACE FOR GRACE by Watchman Nee (Bab 2, Gleanings from the Parable of the Prodigal Son), dea, 270793.

Prinsip Tentang "Yang Kedua"

Watchman Nee

Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. - I Korintus 15:45-47

Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapanMu!". Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjianKu dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. - Kejadian 17:18,19

Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." - Kejadian 25:23

dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." - Roma 9:12,13

Katanya kepada ayahnya: "Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya." Tetapi ayahnya menolak, katanya: "Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa." - Kejadian 48:18,19

dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." - I Samuel 8:5

Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu." - I Samuel 16:1

Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN. - II Samuel 12:14,24,25


Ayat-ayat di atas menyatakan kepada kita suatu prinsip yang Allah pakai. Kita dapat menyebutnya "prinsip tentang 'yang kedua'" atau "hukum tentang 'yang kedua'".

Allah Selalu Memilih Yang Kedua

Dari ayat-ayat tersebut kita dapat belajar bahwa Allah selalu memilih yang kedua, bukan yang pertama. I Korintus 15 mengatakan kepada kita bahwa yang pertama berasal dari dunia, sedangkan yang kedua berasal dari sorga. Yang pertama alamiah, sementara yang kedua rohaniah. Saya sendiri sering heran mengapa di Alkitab nampaknya Allah selalu memilih orang yang kedua. Ismael adalah anak yang lebih tua, tetapi Allah memilih Ishak, yang lebih muda. Esau lebih tua, tetapi Allah memilih Yakub, yang lebih muda. Selanjutnya, kita juga melihat bahwa walaupun Efraim merupakan anak kedua sementara Manaseh anak pertama, Allah justru memilih Efraim. Batsyeba melahirkan dua anak. Allah membunuh anak pertama tetapi mengasihi anak kedua, yaitu Salomo. Ia sangat mengasihi Salomo sehingga menyuruh nabi Natan untuk memberi nama lain kepada Salomo, yaitu Yedija - yang artinya "kekasih TUHAN" (dan melalui keturunannyalah Yesus Kritus dilahirkan). Lebih jauh, raja Israel pertama yaitu Saul ditolak Allah; tetapi Daud, yang merupakan raja kedua, dipilih oleh Tuhan, karena Ia menyatakan bahwa Daud adalah orang yang berkenan di hatiNya (Kisah Para Rasul 13:22).

Mengapa Allah Menolak Yang Pertama dan Menerima Yang Kedua

Mengapa Allah menolak yang lebih tua dan menerima yang lebih muda? Kenapa Ia membenci yang pertama dan mengasihi yang kedua? Jawaban terhadap pertanyaan itulah yang sedang kita cari.

Marilah kita perhatikan bahwa Allah memakai prinsip ini pada orang berdosa sama seperti pada orang Israel dan orang percaya. Mengapa di kitab Keluaran Allah memerintahkan orang Israel untuk membubuhkan darah pada kedua tiang pintu dan ambang atas supaya anak-anak sulung tidak dibunuh? Mengapa hanya anak-anak sulung yang perlu dilindungi sementara yang bukan anak sulung tidak memerlukan perlindungan? Mengapa di Alkitab semua anak sulung ternak harus ditebus, kalau tidak lehernya harus dipatahkan (dan itu berarti kematian karena sistem syaraf pusat diputuskan)? Mengapa harus anak sulung, bukan anak kedua, dari ternak yang harus ditebus? Bahkan bukan hanya anak sulung ternak, anak-anak sulung orang Israelpun harus ditebus (anak kedua tidak perlu ditebus). Karena jika anak sulung tidak ditebus, ia akan disingkirkan dan tidak boleh berada di antara umat Tuhan. Mengapa Allah secara khusus tidak senang terhadap anak sulung? Mengapa Ia mengasihi anak kedua dan secara khusus memberi perhatian istimewa kepadanya? Mengapa Ia mengambil seluruh suku Lewi sebagai pengganti anak anak sulung orang Israel, dan mengapa Ia menghendaki orang-orang yang kelebihan itu ditebus dengan syikal? (lihat Bilangan 3:44-51)

Kita tahu bahwa apa yang ada di Alkitab tidak tercatat secara kebetulan. Hal ini menunjukkan adanya suatu prinsip yang sangat penting. Prinsip ini mungkin tidak dikenal secara umum, namun kita yakin bahwa Allah tidak pernah melakukan sesuatu tanpa maksud tertentu. Sekali, dua kali, dan banyak kali Ia melakukan sesuatu dalam suatu cara yang khusus dengan maksud agar kita dapat melihat prinsip yang digunakan Allah. Sebab "tindakanNya" diatur oleh "prinsip-prinsipNya". Kita akan mengalami kemajuan pesat dalam pengenalan akan Allah dan dalam hal-hal rohani jika kita mengerti prinsip dan cara yang digunakan Allah.

Apa yang ada di balik tindakan Allah dalam menolak yang pertama dan menerima yang kedua? Coba kita baca lagi I Korintus 15:46: "Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah." Kita tahu bahwa I Korintus pasal 15 menjelaskan tentang kebangkitan tubuh. Maksud kita dalam membaca bagian ini tentunya bukan untuk menyelidiki tentang kebangkitan tubuh, tetapi untuk mengerti beberapa prinsip rohani. Menurut ayat-ayat di bagian ini, yang mula-mula datang adalah tubuh alamiah, baru kemudian tubuh rohaniah. Jadi dapat kita katakan bahwa prinsip rohani yang berlaku di sini adalah: yang rohaniah datang belakangan, sementara yang alamiah datang lebih dulu. Hal ini akan menjelaskan mengapa Allah memilih yang kedua dan menolak yang pertama.

Apa yang disebut dengan "pertama"? "Yesus menjawab, kataNya: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah....... Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.'" (Yohanes 3:3,6). Tuhan kita sedang membicarakan tentang kelahiran kembali. Ia menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan satu kali tidak cukup baik; ia harus dilahirkan kembali. Seseorang yang hanya mengalami satu kali kelahiran tidak dapat melihat Kerajaan Allah dan karenanya ia dianggap tidak berguna. Hanya dia - yang mengalami kelahiran baru - yang memiliki kehidupan kekal dan dapat melihat Kerajaan Allah. Kemudian Yesus menjelaskan apa yang dimaksud dengan kelahiran pertama, yaitu kelahiran dari daging. Tetapi apa yang dimaksud dengan kelahiran kedua? Itu adalah kelahiran dari Roh. Jadi, apa saja yang lahir dari daging - apa saja yang dihasilkan secara alami - berasal dari "yang pertama"; tetapi semua yang tidak berasal dari daging, melainkan dari kelahiran oleh Roh Kudus, berasal dari "yang kedua".

Coba kita lihat apa saja yang termasuk "yang lahir dari daging". Semua yang saya warisi dari orang tua saya - seperti rasa sayang, talenta, kepandaian, kelembutan, kerendahan hati, kasih, rasa damai, ambisi, dan kesabaran - semua ini, dan yang lainnya, datang bersamaan dengan kelahiran saya. Apa saja yang saya miliki sebelum kelahiran baru, betapapun bagusnya dalam pandangan mata manusia, oleh Tuhan Yesus dikatakan sebagai bagian dari "apa yang dilahirkan dari daging adalah daging". Karena itulah, kita perlu bertanya kepada diri sendiri apakah semua yang kita miliki setelah kelahiran baru benar-benar berasal dari Allah. Atau, apakah yang saya miliki ini termasuk "lahir dari daging"? Janganlah kita berdalih dengan mengatakan bahwa hanya dosa dan kecemaran dari daging yang harus dibuang, sementara kelembutan alami, kesabaran, kemurahan, kepandaian, dan talenta dapat tetap dipertahankan tanpa pernah mengalami kelahiran baru dari Allah. Siapa di antara kita yang benar-benar menyadari bahwa semua yang kita warisi dari "yang pertama" - yang berasal dari daging - harus ditolak dan dibuang? Hendaknya dengan rendah hati kita menyadari bahwa hanya yang datang karena percaya Tuhan Yesus, karena percaya kepada Allah, dan yang datang karena pekerjaan Roh Kudus, hanya itulah yang dapat diterima Allah dan yang dapat menyenangkan Allah.

Karena itu, hal pertama yang sangat penting bagi seseorang adalah masalah kelahiran kembali. Diberkatilah ia yang memiliki dua kehidupan dan dua keberadaan (di bumi dan di sorga). Seseorang bisa saja mengakui Tuhan Yesus dengan mulutnya, bahkan pergi ke kebaktian gereja, tetapi semua yang ia miliki secara alamiah berasal dari orang tuanya, dan akibatnya ia tetap merupakan orang berdosa yang sedang menuju kebinasaan. Apa yang dimiliki dan dipelajari seseorang secara alamiah tidak dapat diharapkan dan tidak dapat digunakan di hadapan Allah. Tetapi jika seseorang percaya kepada Tuhan, ia akan memiliki apa yang berasal dari "yang kedua" - bahkan kehidupan kekal.

Umat Kristen saat ini harus belajar membedakan antara "yang pertama" dan "yang kedua", antara apa yang diwariskan orang tua kepada kita dan apa yang diberikan oleh Allah kepada kita melalui Roh Kudus. Sayangnya, banyak orang percaya tidak mengerti hal ini dengan jelas. Mereka tidak dapat membedakan "yang pertama" dengan "yang kedua", tidak dapat membedakan apa yang datang dari yang pertama dan apa yang datang dari yang kedua. Mereka berpikir bahwa selama mereka bersemangat dan sabar, selama kotbah mereka bagus dan doa mereka baik, maka kehidupan dan pekerjaan/pelayanan mereka akan diterima.

Izinkan saya untuk mengatakan bahwa saya tahu apa yang saya katakan. Allah tidak pernah melihat kepada pekerjaan yang dilakukan seseorang; Ia hanya melihat kepada sumber dari pekerjaan-perkerjaan baik tersebut. Apakah yang menjadi sumber pekerjaan-pekerjaan baik saudara? Bukan berarti Allah tidak menghendaki kelembutan, tetapi yang Ia tanyakan darimana kelembutan itu datang? Apakah datang dari diri saudara sendiri atau dari Roh Kudus? Dari mana sebenarnya semangat saudara berasal? Dari dirimu sendiri atau dari Roh Kudus? Prinsip apa yang menjadi dasar timbulnya pertanyaan-pertanyaan di atas? Hal ini berkisar pada pokok pembicaraan tentang "yang pertama" dan "yang kedua": Allah selalu menolak "yang pertama" tetapi menerima "yang kedua".

Sebagai contoh, saya mempunyai temperamen yang kurang sabar. Ketika saya melihat kesabaran pada orang lain, saya mengaguminya. Tetapi Allah akan terus memeriksanya lebih dalam dengan pertanyaan: darimana kesabaran tersebut berasal? Begitu kita lihat sesuatu yang baik yang berasal dari "yang pertama" segera kita menganggapnya baik. Tetapi Allah baru akan
mengatakan baik jika Ia melihat bahwa sumberNya adalah Ia sendiri. Dan kemudian kita dapat yakin bahwa apa yang Ia katakan baik adalah benar-benar baik. Apabila kita melihat seorang pengkotbah berbicara dengan berapi-api dan melayani dengan giat, mungkin kita akan berpendapat bahwa ia adalah seorang yang rohani. Tetapi Allah ingin tahu apakah kesungguhannya itu berasal dari "yang pertama" atau dari "yang kedua". Seorang saudara menceritakan betapa tidak mampunya orang-orang Kristen tertentu dalam hal ini. Mereka menganggap seorang pengkotbah yang memukul mimbar dengan kepalan tangannya adalah seorang yang hebat, berkuasa. Seharusnya kita bertanya, darimana kuasa itu berasal. Kita tidak dapat bergantung pada talenta, kuasa atau keberadaan yang berasal dari "yang pertama". Hanya yang muncul setelah kelahiran baru berasal dari "yang kedua", dan yang dengan sendirinya diterima Allah.

Prinsip Tentang Yang Kedua Berlaku Bagi Semua Orang Percaya

Prinsip ini berlaku untuk semua orang percaya, tidak hanya untuk pengkotbah/pendeta. Semua kebaikan alamiah - misalnya kesabaran - adalah seperti tali karet yang hanya dapat diregangkan sampai batas tertentu; tidak bisa diregangkan terus karena sudah mencapai kemampuan maksimumnya, dan sebagai akibatnya tidak bisa dipakai Allah. Berbeda jika kebaikan itu (dalam hal ini kesabaran) berasal dari Allah, ia dapat diregangkan sepanjang yang diinginkan. Hendaklah dimengerti bahwa sumber-sumber alamiah tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani. Apa yang berasal dari "yang pertama", yaitu Adam, tidak akan pernah bisa menolong apa yang berasal dari "yang kedua", yaitu Kristus. Oh, betapa banyak yang berpikir bahwa selama mereka mengasihi orang lain, mereka dalam keadaan yang baik. Tetapi benarkah demikian? Apakah kasih tersebut berasal dari Allah?

Seorang saudara mengatakan bahwa yang boleh kembali ke sorga hanyalah yang berasal dari sorga. Kita menyebut sorga sebagai rumah kita karena kita dan semua yang kita miliki berasal dari sorga. Jadi, kembali ke sorga berarti kembali ke rumah. Tetapi jika apa yang kita punyai bukan berasal dari sorga, melainkan dari dunia, maka sorga cuma menjadi hotel, bukan rumah kita. Allah pasti tidak akan menerima kembali apa yang tidak berasal dari Dia.

Cobalah kita bertanya kepada diri sendiri: apakah ada perubahan dalam kehidupan kita setelah kita percaya? Apakah menjadi orang Kristen itu hanya berarti membuang semua dosa, kegagalan, kelemahan, dan kekotoran masa lalu? Memang benar bahwa itu semua dihapuskan; walaupun demikian Allah menyatakan dengan jelas di dalam FirmanNya bahwa itu saja tidak cukup. Ia tidak hanya menyebut segala yang jelek itu tidak baik, tetapi juga menganggap semua yang diberi nama "kebaikan dari daging" sebagai hal yang tidak baik juga. Ia menyatakan bahwa Ia tidak membutuhkan segala sesuatu yang berasal dari "yang pertama" - secara keseluruhan. Ia menolak kepandaian yang berasal dari daging sama seperti ia menolak dosa-dosa kotor yang berasal dari daging. Ia mencela kebaikan dari daging sama seperti ia mencela kecemaran dari daging. Ia tidak suka dengan segala sesuatu yang berasal dari kehidupan alamiah. Tidak satupun yang berasal dari kehidupan lama dapat dicampur dengan kehidupan baru.

Di dalam Injil kita membaca perkataan Tuhan Yesus: "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu." (Matius 10:37). Lebih jauh Ia mengatakan: "Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu." (Lukas 14:26). Tetapi Tuhan kita melalui salah satu dari surat-surat Paulus tidak hanya menasehati anak-anak untuk taat kepada orang tua mereka tetapi juga menasehati para orang tua untuk tidak membuat marah anak-anak mereka (lihat Efesus 6:1-4). Tuhan juga menunjukkan kepada kita hubungan yang seharusnya terjadi antara suami dan isteri: bagaimana suami harus mengasihi isterinya, dan juga sebaliknya isteri terhadap suami (lihat Efesus 5:22,25). Kitab Injil menekankan masalah "benci", sementara surat-surat dalam Perjanjian Baru menekankan masalah "kasih". Jika saudara tidak dapat membedakan antara "yang pertama" dan "yang kedua" - antara apa yang berasal dari daging dan apa yang berasal dari Roh - saudara tidak akan mengerti mengapa seolah-olah terjadi kontradiksi ; sebab pada waktu saudara mendengar Tuhan mengatakan "barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu," mungkin saudara berkesimpulan bahwa saudara dapat memperlakukan keluarga saudara dengan sembarangan; atau ketika saudara mendengar Paulus berkata bahwa setiap anggota keluarga harus saling mengasihi, saudara berkesimpulan bahwa saudara harus mengasihi keluarga saudara lebih dari semuanya. Kalau demikian, saudara tidak mengerti bahwa apa yang tidak Tuhan kehendaki adalah kasih alami, sementara apa yang Paulus nasehati untuk dipelihara adalah kasih rohaniah. Jika kasih saudara bersifat alamiah, kasih tersebut terhadap keluarga saudara akan menjauhkan saudara dari Tuhan sampai persekutuan dengan Dia dan kasih kepadaNya berkurang, jika tidak hilang sama sekali. Tetapi jika saudara dengan rela menyerahkan ayah, ibu, isteri dan anak-anak saudara kepada Tuhan, bahkan mau membenci mereka jika Tuhan menghendakinya, maka saudara akan segera mengerti hukum kedua dari Allah - yaitu perintah untuk mengasihi ayah, ibu, isteri dan anak-anak saudara. Saudara akan dibebaskan dari "yang pertama" sehingga dapat
mengalami "yang kedua". Betapa besar kesalahan yang dilakukan jika hanya menerima sebagian Kitab Injil atau sebagian surat-surat dari Perjanjian Baru.

Harus Tetap Dibebaskan dari Yang Pertama

Kehidupan dan pekerjaan/pelayanan kita harus terus dibebaskan dari "yang pertama". Mungkin saya dapat membuat ilustrasi sebagai berikut. Relatif mudah untuk mengerti kedagingan dan rohaniah secara abstrak; tetapi sangat sulit untuk membedakannya pada kehidupan nyata sehari-hari. Bagaimana kita dapat tahu kebaikan mana yang berasal dari "yang pertama" dan kebaikan mana yang berasal dari "yang kedua"? Apakah ada tanda khusus sehingga kita bisa mengenalinya? Izinkan saya memberikan satu prinsip utama di sini: bahwa semua yang bersifat rohani sudah melalui kematian (saya percaya semua saudara yang sudah mengalami hal ini akan mengatakan amin). Dengan kata lain, semua yang rohani adalah semua yang sudah dibangkitkan. Apa saja yang berasal dari kelahiran jasmani, tanpa pengalaman dengan campur tangan kuasa Allah yang adikodrati, adalah milik "yang pertama": semua kepandaian, kemurahan, kebaikan, atau talenta yang dimiliki seseorang dari sejak lahir sampai percaya Tuhan Yesus dipandang Allah sebagai kedagingan. Tidak ada yang menyenangkan Allah dalam bagian ini. Tetapi setelah seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, maka semua yang diberikan Tuhan kepadanya oleh kuasa Roh Kudus adalah milik "yang kedua"; dengan tulus ia telah menolak semua kebaikan alami dan talenta yang ia miliki - senantiasa menganggap semua itu tidak dapat diandalkan - dan sebagai gantinya bergantung pada Roh Kudus untuk pimpinan, kekuatan dan kemenangan sampai Tuhan Yesus datang. Semua yang berasal dari "yang kedua",
semua yang berasal dari Allah, menghendaki orang percaya untuk melepaskan hikmat, kekuatan dan talenta pribadi. Semua yang kita peroleh setelah penolakan tersebut adalah "yang sudah dibangkitkan", yang rohani, dan "yang kedua".

Betapa sedikit "yang kedua" pemberian Allah yang kita miliki! Betapa jarang kita diatur oleh kehidupan "yang kedua"! Apa yang biasanya kita praktekkan adalah hanya membuang yang jelek tetapi menggunakan yang baik dari "yang pertama". Bagaimanapun juga Allah menyatakan dengan jelas, bahwa kepandaian alami, talenta, kelembutan dan kemurahan harus juga melalui
kematian sebagaimana kebejatan moral, kecemaran dan dosa harus dibuang. Walaupun demikian, mungkin kita bisa berspekulasi: Tidakkah kita bodoh jika kita tidak menggunakan kepandaian alami kita? Tidakkah kita jahat jika kita tidak menggunakan kelembutan alami kita ? Tetapi jawaban Alkitab terhadap pertanyaan tersebut adalah bahwa Allah menghendaki semua ini sudah melalui kematian. Misalkan saja saya sangat pandai. Dengan kepandaian saya, banyak ide baru yang bisa saya dapat dari Alkitab. Tetapi jika saya berharap untuk hidup menurut prinsip "yang kedua", saya tidak akan bergantung kepada kepandaian saya; sebagai gantinya saya akan bergantung penuh pada Allah. Apakah saya membaca Alkitab atau berdoa, saya akan
bergantung pada Allah, seperti Firman Tuhan mengatakan: "di luar Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5). Setelah itu baru saudara dapat mengerti bahwa saudara sudah melalui kematian. Saudara sudah mengosongkan diri saudara sendiri dalam hal ini. Dan selanjutnya saudara akan melihat bagaimana Allah mulai menggunakan kepandaian saudara yang sudah diperbaharui. Apa saja yang sudah melalui kematian, dengan kata lain telah melalui salib, dikehendaki Allah dan akan digunakan oleh Dia.

Kehidupan "Yang Kedua" - Sakit Terhadap Daging

Tentunya harap diperhatikan, bahwa kedagingan saudara pasti akan berteriak: "Ini kehidupan yang menyakitkan! Saya tidak punya kebebasan untuk bergerak secepat yang saya harapkan; sebagai gantinya saya harus menantikan Tuhan! Saya harus mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan saya dan harus menghabiskan waktu di dalam doa !" Tetapi kita harus ingat bahwa kehidupan jenis ini menghasilkan buah: "Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah(Yohanes 12:24). Walaupun Tuhan kita mengatakan demikian, banyak orang percaya yang menolak untuk menerima sikap hidup seperti itu (yaitu mati supaya menghasilkan banyak buah). Akibatnya semua bagian kehidupan mereka berada pada keadaan "yang pertama". Mereka sangat sedikit mengetahui bahkan sama sekali tidak pernah tahu tentang kehidupan "yang kedua". Kehidupan alami mereka menolak untuk melalui kematian. Dari luar mereka kelihatan sangat baik, tetapi mereka tidak bisa menghasilkan buah rohani yang sejati.

Izinkan saya menggunakan Tuhan Yesus sendiri sebagai ilustrasi. Ketika berada di dunia Tuhan kita tidak pernah mengenal dosa. Bahkan semua yang Ia katakan dari diriNya sendiri, semua yang akan Ia kerjakan saat itu tetap baik, karena memang pada dasarnya Ia tidak berdosa, suci, dan tidak bercacat: kehidupan dan keberadaanNya benar-benar sempurna. Walaupun demikian, selama pelayananNya di dunia Tuhan Yesus berulang-ulang menyatakan: "Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." (Yohanes 5:19). Mengapa Ia tidak mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri? Semata-mata karena Ia mengetahui bahwa jika Ia berbuat demikian, maka semua itu akan dikerjakan secara alami dan bukan sesuatu yang dikerjakan oleh Bapa. Jika Tuhan Yesus saja - sebagai seorang yang secara alami benar-benar sempurna, suci dan baik - tidak dapat berbuat apa-apa dari diriNya sendiri, apalagi kita; kita tidak dapat berbuat apa-apa dengan kekuatan kita sendiri. Jika Dia yang datang dari sorga tidak bergantung kepada kekuatan dagingnya (yang sebenarnya sudah sempurna), melainkan bergantung kepada kekuatan Roh Kudus, apalagi kita; seharusnya kita jauh lebih tergantung kepada Roh Kudus.

Apa saja yang dikerjakan Tuhan Yesus, dilakukan sesuai dengan kehendak Allah, dengan bergantung pada kekuatan Roh Kudus. Dengan demikian Ia memperlihatkan kepada kita suatu kenyataan bahwa yang dilahirkan tanpa dosapun belum merupakan sesuatu yang cukup baik di hadapan Allah. Kehidupan kita harus mengalahkan kebaikan alamiah sama seperti mengalahkan dosa dan kecemaran. Betapa besar - sebenarnya - tekanan yang dialami kehidupan Allah di dalam kita oleh kehidupan alamiah kita! Kehidupan dan pekerjaan/ pelayanan kita terlalu banyak diatur oleh pikiran-pikiran kita. Kita terlalu percaya kepada hikmat dan kekuatan kita sendiri di dalam melayani Allah. Panggilan Allah untuk kita saat ini adalah untuk datang ke hadapanNya dengan ketulusan hati dan mengakui, bahwa semua yang alamiah tidak dapat digunakan. Hendaklah kita menanggapinya dengan merendahkan dan mengosongkan diri kita di hadapanNya, supaya kita dapat percaya dan taat kepadaNya dengan sepenuh hati.
Kami mengakui bahwa kehidupan seperti ini menyakitkan bagi daging. Merupakan kehidupan yang bergantung dan senantiasa "merendah". Tetapi jika kita ingin memiliki kehidupan "yang kedua", setiap hari kita harus hidup dalam "kerendahan" sebagai hamba-hamba Allah. Kehidupan ini sangat menyenangkan Allah dan pekerjaan rohani yang dilakukannya sangat berhasil.
Sebagai kesimpulan izinkan saya mengatakan bahwa apa saja yang dapat dikerjakan tanpa membutuhkan doa, atau tanpa ketergantungan pada kuasa Roh Kudus, tidak akan menyenangkan Allah; hal ini justru akan dianggap salah oleh Dia, karena pasti berasal dari daging. Semoga semua keberadaan kita - dan semua yang kita miliki - muncul karena kepercayaan kita kepada Allah dengan merendahkan diri. Semoga setiap hari kita selalu mematikan kehidupan alamiah kita melalui kehidupan Allah, sampai kedatangan Tuhan kembali. Semoga ciptaan baru Allah menenggelamkan ciptaan lama kita.

Terjemahan dari FROM FAITH TO FAITH by Watchman Nee (Bab 2, The Principle of the Second), jwm, 27121992.

Senin, 28 Juli 2008

Di Dalam Allah Tidak Ada Sakit Penyakit

Allah telah berfirman, “Pada hari engkau berbuat dosa, pastilah engkau akan mati.” (Kejadian 2:17). Jadi, pada hari engkau berbuat dosa, kondisi bumi menjadi hancur, proses kematian dimulai. Jadi kematian memerintah sejak dosa muncul.

Sakit penyakit menyebabkan kematian. Kematian merupakan akibat dosa. Tidak ada sakit penyakit di dalam Allah. Tidak pernah ada, tidak akan pernah ada, dan tidak pernah dapat. Tidak ada sakit penyakit di dalam tubuh manusia, di dalam manusia Allah, sampai satu waktu menjadi manusia bumi, waktu manusia mulai mengarahkan kehidupannya kepada diri sendiri dan menjadi manusia daging. Oleh karena itu, dosa merupakan orang tua dari sakit penyakit. Sakit penyakit merupakan akibat dosa. Tidak akan ada sakit penyakit, kalau tidak ada dosa.
Tetapi Yesus Kristus menang atas kondisi kejatuhan alami manusia dan Ia tidak berdosa, walaupun Firman Allah menekankan bahwa “…. dalam segala hal Ia dicobai sama seperti kita, hanya Ia tidak berbuat dosa.” (Ibrani 4:15). Firman Allah juga berkata, “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:18). Hal inilah yang menjadikan Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan Kristus yang dikasihi.

Manusia merupakan makhluk tritunggal – terdiri dari tubuh, jiwa dan roh – sama seperti Allah yang juga merupakan pribadi tritunggal, yang terdiri dari Bapa, Anak dan Roh Kudus. Banyak umat Allah yang heran, mengapa, setelah mereka memberikan hati kepada Allah dan setelah menerima kesaksian roh, mereka diganggu keinginan-keinginan jahat dan dicobai oleh perkara-perkara jahat. Secara alami, manusia terdiri dari tiga bagian, oleh karena itu, penundukan roh kita kepada Allah bukan satu-satunya yang Allah minta. Allah juga meminta pikiran dan tubuh kita.

Kristus adalah Juru Selamat bagi manusia secara lengkap; baik bagi roh, jiwa maupun tubuh. Orang-orang Kristen belum diajar untuk mempersembahkan tubuhnya bagi Allah, dan oleh karena itu mereka merasa benar jika mereka mempersembahkan tubuhnya bagi saudara yang lain ataupun sesuatu yang lain, lebih daripada kepada Allah. Jadi, sejak seseorang mempersembahkan tubuhnya kepada Allah, yaitu tubuhnya yang secara sempurna di dalam tangan Allah, sebenarnya demikian jugalah roh dan pikirannya (jiwanya).

Sebuah komitmen bagi Allah akan meletakkan seseorang pada tempat di mana hanya Allah yang menyediakan kesehatan bagi roh, dan kesehatan bagi jiwa , dan ia juga percaya Allah akan menyediakan kesehatan bagi tubuhnya. Kesembuhan ilahi merupakan transfer kuasa Allah untuk mengatasi sakit penyakit yang menyerang tubuh, tetapi kesehatan ilahi merupakan kehidupan dari hari ke hari dan dari jam ke jam dalam jamahan Allah sehingga kehidupan Allah mengalir ke dalam tubuh, ke dalam jiwa, dan ke dalam roh kita.

John G. Lake - terjemahan Martha

Temukan Tempat Pengurapan Saudara

Satu alasan mengapa banyak pelayan Tuhan tidak memperoleh rencana Allah untuk hidup mereka adalah karena mereka berusaha untuk menjadi segalanya. Kita perlu menyadari hal ini - kemampuan setiap orang di antara kita terbatas! Jika Saudara bisa mengerjakan semuanya sendirian, maka tidak lagi dibutuhkan orang lain. Beberapa orang berpikir, "Jika Allah menyingkirkan saya dari pelayanan ini, maka pelayanan ini tidak bisa dilakukan!" Tidakkah mengherankan bagaimana Allah bisa melakukan segala sesuatu tanpa mereka selama bertahun-tahun? Itu adalah ego manusia yang suka berpikir seperti itu!

"Ya...., tetapi hanya saya seorang yang mengerjakan segala sesuatu untuk Allah!"

Oh, seringkali jemaat biasalah - yang tidak pernah Saudara kenal - yang bekerja lebih banyak bagi Allah daripada orang-orang yang mempunyai sikap seperti itu! Mungkin Saudara tidak diberi karunia atau tidak diurapi Roh Kudus untuk melayani dalam cara tertentu, tetapi temukan posisi Saudara dan Saudara akan sukses. Jika Saudara tidak tahu pasti dimana posisi Saudara, tetap beritakan Firman dan tetap tumpangkan tangan pada mereka dengan iman! Allah menghargai iman, dan Saudara akan menerima mujizat sebesar iman tersebut!

Pendeta Howard Carter adalah Ketua Umum dari Sidang Jemaat Allah di Inggris Raya selama 19 tahun. Ia membangun sekolah Alkitab Pentakosta yang pertama di dunia. Ia dipakai Tuhan untuk mengajar beberapa hal yang paling jelas yang pernah saya dengar, yaitu tentang karunia-karunia Roh Kudus.

Sekali waktu saya mendengar ia berkata bahwa hampir semua orang yang ia tumpangkan tangan selalu dipenuhi dengan Roh Kudus, dan hampir semua orang yang ditumpangi tangan oleh isterinya mendapatkan kesembuhan. Saudara lihat, ia dan isterinya menemukan tempat pengurapan mereka masing-masing. Mereka mengalir bersama-sama dalam pengurapan mereka sebagai sebuah tim, dan juga sebagai suami isteri dalam pelayanan! Mereka belajar bahwa dengan tinggal dalam tempat pengurapan mereka masing-masing, mereka menjadi efektif!

Pada saat orang-orang menemukan tempat pengurapan mereka dan tinggal di sana - tidak berusaha untuk menjadi orang lain - mereka menjadi efektif dalam semua hal yang mereka kerjakan untuk Allah.

Kadang-kadang Allah akan memperlihatkan kepada Saudara apa yang Ia inginkan Saudara kerjakan - berarti Saudara tahu apa rencanaNya buat Saudara. Tetapi mungkin pada saat itu juga, Saudara akan merasakan di dalam roh Saudara bahwa saat untuk melakukannya belum tepat. Belajarlah untuk menantikan waktu yang tepat untuk melaksanakan rencana Allah; belajarlah untuk menunggu gerakan Roh Kudus. Pada saat yang lain, Allah akan memperlihatkan Saudara hal-hal yang ada di dalam kehendak Roh Kudus, dan walaupun Saudara tidak tahu setiap hal yang Allah inginkan untuk dikerjakan, pada saat Saudara melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepada Saudara - sedikit demi sedikit, Saudara akan bergerak lebih dalam ke wilayah kehendak Roh Kudus. Pada saat Saudara taat untuk melakukan rencana Allah dan tujuanNya, Ia akan memberikan penjelasan dan mendemostrasikan beberapa hal kepada Saudara dan memimpin Saudara ke dalam pengertian yang lebih dalam tentang rencanaNya.

Ada juga saat-saat dimana Saudara cuma diberi tahu tentang apa yang Roh Kudus ingin kerjakan melalui orang lain di dalam Tubuh Kristus. Hal itu tidak berarti bahwa Allah menginginkan Saudara untuk melakukannya.

Perhatikan apa yang saya katakan. Jika Saudara ingat, kadang-kadang Paulus ingin mengatakan sesuatu dan ia berkata, "Inilah yang dikatakan Tuhan." Tetapi di lain waktu ia berkata, "Allah mengizinkan saya untuk mengatakan hal ini."

Saya harap Saudara mengerti bahwa saya mengatakan semua ini karena dorongan Roh Allah, sebab Allah ingin memperjelas beberapa hal sehingga Ia dapat bergerak di tengah-tengah kita. Banyak orang yang cukup peka terhadap Roh Kudus bisa merasakan apa yang Allah sedang kerjakan dan apa yang Ia ingin kerjakan. Mereka langsung menanggapi, melaksanakan dan membuat sesuatu dari hal itu. Tetapi karena Allah tidak secara khusus menyuruh mereka mengerjakannya, rencana mereka hanyalah rencana manusia, bukan rencana dan tujuan Allah. Mereka menambahi rencana Allah atau justru menguranginya. Mereka melaksanakan rencana Allah dalam kekacauan, dan bahkan kadang-kadang mereka justru menghambat rencana dan gerakan yang Allah inginkan. Kita tidak dapat membiarkan hal ini terjadi pada apa yang Allah kehendaki saat ini untuk dilakukan di dalam Tubuh Kristus.

Bagaimana kita bisa mengatasi hal ini? Apakah kita perlu berdoa? Jelas, kita perlu berdoa, tetapi itu tidak cukup. Kita harus mengajar jemaat tentang apa yang Alkitab katakan. Kita harus memberi pengertian kepada mereka. Sudah saatnya Tubuh Kristus mulai mengikuti rencana Allah, tujuan Allah, dan cara pelaksanaan yang Allah inginkan.

Izinkan saya membuat ilustrasi untuk menjelaskan apa yang saya maksud. Beberapa tahun yang lalu, dalam Kebaktian Tenda saya mengatakan bahwa kami akan memulai sekolah Alkitab. Banyak orang yang merasakan pimpinan yang sama untuk memulai sekolah Alkitab. Saya yakin bahwa Allah juga berbicara kepada beberapa dari antara mereka ini; yang lain hanya merasakan gerakan Allah pada hal itu.

Setelah kami menyatakan bahwa kami akan memulai sekolah Alkitab, kami menerima banyak surat yang mengatakan, "Allah menyuruh kami memulai sekolah Alkitab, tetapi kami tidak tahu bagaimana caranya. Dapatkah Saudara memberi tahu kami?" Ketika Allah menyuruh kami memulai sekolah Alkitab, kami juga tidak tahu bagaimana caranya. Kami harus mencari rencana Allah untuk mengetahui apa yang Ia ingin kami lakukan. Kami menulis surat kepada mereka dan menjawab, "Jika Allah menyuruh Saudara untuk memulai sekolah Alkitab, Ia juga akan memberi tahu bagaimana caranya. Jika Ia tidak memberi tahu bagaimana caranya, berarti Ia tidak menghendaki Saudara untuk melakukannya!"

Pada kesempatan lain, saya mengatakan dari mimbar, "Kami akan memulai Sekolah Kesembuhan Ilahi." Tepat setelah itu, kami menerima surat-surat dari orang-orang lain yang juga merasakan gerakan Allah dalam hal ini. Mereka menulis surat kepada kami, "Allah menyuruh kami memulai sekolah kesembuhan ilahi. Bagaimana kami melakukannya? Tolong beri tahu kami caranya." Ketika Allah menyuruh kami memulai sekolah yang kami kelola, kami harus mencari Dia untuk mengetahui "bagaimana caranya". Kami berdoa dan mencari Allah!

Apa yang sebenarnya terjadi adalah banyak orang yang merasakan di dalam Roh bahwa Allah sedang bergerak ke arah sini, dan mereka berpikir bahwa Ia ingin mereka melakukannya. Mereka tidak menyediakan waktu untuk menunggu Allah untuk mendapatkan rencanaNya bagi mereka sendiri atau bagi gereja mereka.

Ketika orang-orang merasakan ke mana Allah sedang bergerak, seringkali mereka mengira bahwa Allah menghendaki mereka untuk mengerjakan sesuatu. Memang, selalu saja ada orang yang mengerjakan sesuatu karena orang lain mengerjakannya. Mereka cuma ikut-ikutan. Sebagian besar dari mereka jatuh tertelungkup. Mengapa? Karena, "Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha mereka yang membangunnya..." (Mazmur 127:1).

Begitu kita mengetahui rencana Allah dan mulai mengalir bersamanya, sangat penting bagi kita untuk tetap dalam keadaan tenang (rest) di dalamNya.

Yang sering kali terjadi adalah Allah sungguh-sungguh menyuruh orang Kristen mengerjakan sesuatu, tetapi kemudian mereka mencoba untuk mengerjakannya sendiri. Mereka mencoba untuk melaksanakan rencana Allah dengan cara mereka sendiri dan mereka melakukannya dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka berpikir mereka harus mewujudkannya, dan beberapa di antara mereka berusaha begitu kuat sehingga tekanan yang mereka terima benar-benar bisa membunuh mereka; mereka kena serangan jantung dan meninggal pada usia muda.

Lalu Saudara akan mendengar seseorang berkata, "Lihat, ini membuktikan bahwa kesembuhan ilahi tidak untuk semua orang, karena orang yang baik ini bekerja untuk Tuhan, tetapi ia meninggal pada saat sedang mengerjakan kehendak Allah."

Tidak! Dalam keadaan itu, jika Saudara mengerjakan semua usaha untuk mewujudkan rencana Allah, dan Saudara tidak mempercayakan Dia untuk mengerjakannya, Saudara bisa mendatangkan kematian kepada diri Saudara sendiri! Ketika Allah menyuruh Saudara untuk mengerjakan sesuatu, Saudara perlu tetap dalam keadaan tenang, tetap dalam keadaan rest sementara Saudara mengerjakannya. Kemuliaan hanya bagi Allah! Saya selalu merasa tenang di dalam Dia, selalu rest di dalam Dia! Alkitab berkata "..... kita yang beriman akan masuk ke tempat perhentian... (Ibrani 4:3).


Terjemahan dari PLANS, PURPOSES, AND PURSUITS by Kenneth E. Hagin (Bab 3, Except The Lord Build The House), jcb, 09031994.

Rahasia Sukses

Beberapa tahun yang lalu, saya menghadiri apa yang disebut dengan "Pertukaran Ide". Para pelayan Tuhan dari berbagai gereja dan denominasi di seluruh negeri diundang ke pertemuan itu.

Pada pertemuan tersebut, beberapa pelayan bertanya kepada saya, "Saudara Hagin, apa rahasia kesuksesan anda?" Seorang pelayan berkata, "Ketika pertama kali saya mengenalmu, tidak ada orang yang pernah mendengar namamu. Kau berkotbah di gereja-gereja kecil dan sekali-sekali di gereja besar. Tetapi kemudian, tiba-tiba, kau tidak hanya menjadi figur nasional; dalam waktu beberapa tahun saja kau menjadi figur internasional. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa rahasia kesuksesanmu ?"

Saya menjawab, "Satu-satunya rahasia sukses yang saya ketahui adalah berjalan sesuai dengan Firman Tuhan, berdoa dan memperhatikan apa yang dikatakan Roh Kudus. Saya cuma memperhatikan apa yang dikatakan Roh Allah untuk saya lakukan, dan kemudian melakukannya." Sebenarnya, setiap hal yang sedang saya kerjakan saat ini adalah akibat kepercayaan saya pada Firman Tuhan, berdoa dalam bahasa roh, dan taat pada apa yang Allah katakan kepada saya.

Terima kasih Tuhan untuk nilai yang tidak terukur dari berbahasa roh. Kadang-kadang saya menafsirkan doa saya sendiri. Justru, itulah saat pertama saya belajar menafsirkan - yaitu dengan menafsirkan doa saya sendiri.

Bahkan, dengan jujur saya berkata kepada Saudara, berdoa dalam bahasa roh adalah alat yang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kepada saya tentang pernikahan saya dan anak-anak saya. Saya menggembalakan sebuah gereja Pentakosta di Tom Bean, Texas, pada tahun 1938 tempat saya bertemu dengan isteri saya yang tercinta. Saat itu saya adalah seorang pendeta berusia 21 tahun dan saya membutuhkan seorang penolong.

Saya sedang berdoa di dalam ruang di atas lumbung milik salah seorang diaken saya. Saya sudah kenal Oretha beberapa lama saat itu. Saya mulai berdoa dalam bahasa roh tentang masa depan saya, dan saya mendoakan hal ini semuanya dalam bahasa roh. Lalu saya menafsirkan doa tersebut: saya melihat dalam Roh bahwa saya akan menikah dengannya dan kami akan mempunyai dua anak, dan itulah yang terjadi!

Saya mendapatkannya di dalam doa. Saya tidak mendapatkannya karena saya seorang nabi, sebab saat itu saya bukan seorang nabi.

Pada saat Saudara berlutut dan mencari apa rencanaNya bagi diri Saudara sendiri - karena Ia akan menyetujui dan memberkati rencanaNya – Saudara akan mendapatkannya dengan lancar tanpa masalah yang berarti.

Saya ingat bagaimana Allah memberi tahu saya sebelum datangnya apa yang disebut dengan Gerakan Karismatik.

Dalam bulan Desember 1962, saya sedang berkotbah di sebuah gereja Injil Sepenuh di Houston. Tiba-tiba saya merasakan tiupan angin pada saya. Datangnya begitu kuat sehingga saya jatuh terlentang di atas lantai dan saya diliputi kuasa ilahi. (Di dalam Kisah 10:9,10, Alkitab berkata bahwa Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa dan rohnya diliputi kuasa ilahi.) Semua indera fisik saya saat itu tidak bekerja.

Saya melihat sebuah taman bunga yang bagus dikelilingi dengan pagar yang terdiri dari tiang-tiang putih. Di tengahnya ada sebuah pondok. Taman itu penuh dengan bunga-bunga yang paling indah dari berbagai jenis. Pondok itu sendiri terbuat dari tanaman bunga yang menjalar. Setiap bunga dalam keadaan berkembang penuh dan menyebarkan bau yang harum. Aromanya terlihat oleh mata pada saat menyebar di udara.

Saya datang dari sebelah timur pintu pagar. Yesus sedang berdiri di dalam. Ketika saya tiba di sana, Ia membuka gerbang, dan mendorongnya sehingga terbuka. Ia mengulurkan tanganNya, memegang tangan kanan saya, memimpin saya masuk, dan menutup gerbang. Lalu Ia memegang tangan kanan saya dengan kedua tanganNya, dan menuntun saya ke pondok.

Ada dua bangku marmer di kedua sisi pondok. Ia duduk di bangku sebelah selatan dan tanpa mengatakan sepatah kata, Ia menarik saya di sampingNya.

Saya melihat ke sekeliling. Dari sebelah barat, saya melihat sebuah sungai mengalir ke dalam taman. Hulunya yang lebar terletak di langit, dan kemudian menyempit pada saat mengalir ke taman yang kecil ini. Pada saat saya melihat, sungai itu berubah. Sungai itu menjadi orang-orang dari berbagai bangsa dengan berbagai macam pakaian dan gaya hidup. Mereka mengalir ke taman ini.

Saya berkata, "Tuhan, siapakah mereka ini? Apakah artinya semua ini?"

Yesus berkata kepada saya, "Inilah orang-orang dari apa yang kau sebut dengan 'denominasi gereja' dan bahkan dari berbagai jenis agama di dunia ini. Pada hari-hari ini, Aku mengunjungi setiap hati yang lapar di mana saja. Aku akan mengunjungi tempat-tempat yang tidak pernah kau sangka - tidak hanya mengunjungi apa yang kau sebut dengan gereja dari berbagai denominasi, tetapi juga mengunjungi agama-agama lain yang mempunyai hati yang lapar dan terbuka padaKu. Inilah orang-orang yang datang kepada terang kelahiran baru dan kemudian dipenuhi Roh Kudus. Mereka akan mengalir menjadi satu. Bau harum yang naik adalah puji-pujian mereka yang naik ke surga, ssperti kemenyan di jaman Perjanjian Lama yang naik kepadaKu."

"Engkau harus mengambil bagian dalam hal ini," Yesus berkata. "Aku ingin kau melayani seluruh Tubuh."

Yesus terus berkata: "Aku ingin kau melayani seluruh Tubuh," sementara saya memperhatikan penglihatan berikutnya yang terus berlanjut di depan saya sama seperti sedang menonton acara televisi.

Saya melihat diri saya sedang melayani di gereja Baptis. Saya melihat diri saya sedang melayani di gereja Presbiterian, gereja Metodis, gereja Murid-murid Kristus, bahkan juga di gereja Katolik Roma - dan hal itu sudah terjadi! Saya melihat orang-orang rebah karena kuasa Roh Kudus dan terbaring di depan orang-orang Metodis, Baptis, Presbiterian, Katolik, dan denominasi lainnya. Itu semua sudah terjadi!

Bagi Saudara saat ini mungkin tidak aneh, tetapi hal itu merupakan kejutan bagi aliran Injil Sepenuh saat itu. Saya seorang pengkotbah dari Pentakosta yang hanya berkotbah di gereja-gereja Pentakosta.

Hal itu terjadi dalam bulan Desember 1962. Dalam bulan Januari 1963, saya sedang memimpin kebaktian di gereja Injil Sepenuh lainnya di Houston. Suatu malam, tiba-tiba roh doa turun ke atas kami. (Kita tidak melihat hal ini lebih banyak sekarang; bahkan kita tidak melihatnya sama sekali. Saudara lihat, kita hanya mengizinkan Roh Kudus bekerja di aliran Karismatik saat ini. Tetapi pada saat kita belajar untuk mengikuti Tuhan dan bersungguh-sungguh menyembah Dia, Roh Kudus akan sanggup untuk menyatakan DiriNya sebagaimana yang Ia inginkan.)

Pada kebaktian dalam tahun 1963 itu, saya sedang berkotbah dan roh doa turun ke atas kami. Setiap orang jatuh ke lantai dan berdoa. Saya tidak menyuruh jemaat untuk berdoa - Roh Kudus yang datang dan menggerakkan mereka untuk berdoa. Saya melihat ke jemaat dan tidak seorangpun yang duduk di bangku. Setiap orang berlutut mengelilingi altar dan berdoa atau berlutut di tempat mereka duduk sambil berdoa.

Saya turun dari panggung, berlutut di tangganya, dan mulai berdoa. Saya baru berdoa beberapa saat ketika kemudian saya dikuasai Roh. Karena tidak tahu kata yang tepat, saya menyebutnya "terhilang di dalam Roh". Saat seperti itu, sementara waktu berlalu Saudara kira Saudara hanya berdoa selama beberapa menit padahal lama sekali.

Ketika saya akan membuka mata, saya kira saya cuma berdoa selama lima belas menit. Saya tidak sadar akan apapun yang terjadi di sekitar saya, padahal saya sudah berdoa selama satu setengah jam. Saya melihat ke sekeliling dan tidak ada seorangpun kecuali pendeta gereja tersebut dan saya sendiri. Saya berkata kepadanya, "Jam saya rusak. Seharusnya lebih cepat."

"Tidak," ia berkata, "itu waktu yang benar. Saya melihatmu dikuasai Roh,jadi saya tidak mengganggumu."

Menjelang akhir doa saya, tiba-tiba saya menyadari bahwa saya sedang mengerjakan sesuatu sehingga saya membuka mata saya. Dengan jempol dan jari telunjuk saya, saya membuat lingkaran. Dengan telunjuk lainnya, saya menelusuri lingkaran di dalam jari-jari saya. Saya menunjuk dengan jari tersebut, membentuk lingkaran dalam satu arah, dan kemudian kembali lagi ke arah yang lain, sambil terus berbahasa roh sepanjang waktu. Saya menunjuk, menelusuri sampai tiga perempat lingkaran dan kemudian berbalik arah, terus berbahasa roh. Saya menunjuk setengah lingkaran, dan kemudian berbalik arah, sambil terus berbahasa roh. Saya menunjuk seperempat lingkaran dan berbalik arah, dan terus berbahasa roh. Saya berpikir, Apa yang sedang saya lakukan? Lalu saya mulai menafsirkan apa yang sedang saya doakan itu.

Inilah tafsirannya: "Engkau sedang berputar-putar di dalam pelayananmu. Engkau bergerak ke satu arah dalam lingkaran itu dan kemudian kembali ke arah yang berlawanan. (Saya sedang merencanakan untuk kembali lagi ke gereja yang sudah pernah saya gembalakan sembilan kali.) Engkau pergi tiga perempat keliling lingkaran, dan kemudian kembali lagi tiga perempat lingkaran. Engkau pergi setengah keliling lingkaran dan kemudian kembali lagi."

Akhirnya, Tuhan berbicara kepada saya, "Sekarang keluar dari lingkaran itu. Berhenti melaksanakan kebaktian-kebaktian di dalam gereja; pergi ke tempat yang netral. Buat kebaktianmu di hotel-hotel atau di ruang pertemuan. Sebut kebaktianmu 'Kebangunan Rohani Bagi Semua Orang Beriman' dan undang semua orang dari berbagai jenis denominasi."

Yesus menjelaskan mengapa Ia ingin agar saya berhenti melayani kebaktian di gereja-gereja. Ia berkata, "Denominasi yang satu menentang denominasi yang lain. Disamping itu, hampir semua gereja Injil Sepenuh memancing keluar dari bak kamar mandi mereka, dan sekarang bahkan tidak ada ikan lagi di dalam bak mandi mereka." Jadi saya keluar dan memancing manusia, kemuliaan bagi Tuhan! Kita sedang menikmati hasilnya saat ini.

Lalu Yesus berkata, "Buat lingkaran lain. Lingkaran pertama menyatakan kepergianmu ke tempat yang netral untuk menyelenggarakan kebaktian." Lalu saya mendapatkan diri saya sedang membuat sebuah lingkaran yang sedikit lebih besar. Yesus berkata, "Lingkaran kedua tersebut menyatakan kegiatanmu mencetak semua pelajaran Alkitab yang kau berikan." Kami sudah mengerjakannya. Bahkan, dalam bahasa Inggris saja, kami sudah menerbitkan 37 juta buku. Kami sedang terus menerbitkan lebih dari satu juta buku setiap tahun.

Pada saat itu, saya tidak berpikir hasilnya akan sebanyak ini. Kemudian Yesus berkata, "Ketiga, rekam semua kotbahmu dalam tape. Pada saat itu, kami baru saja mempunyai tape kuno reel-to-reel. Sekarang kami mencetak 40.000 kaset dalam sebulan.

Lalu Yesus berkata, "Masuk ke stasiun radio dan mulai mengajar – jangan berkotbah." Pada masa itu, tidak seorangpun di aliran Injil Sepenuh yang mengajar lewat radio. Mereka semua berkotbah. Jadi saya masuk ke radio dan mengajar. Setiap saat kami mengalami apa yang ditunjukkan oleh lingkaran pada saat saya berdoa itu, semuanya berjalan lancar. Mengapa? Karena itu adalah rencana Allah. Kami mendengarnya dari sorga dan rencana tersebut diberkati.

Apa yang baru saja saya ceritakan hanyalah sekilas tentang hal-hal yang Allah nyatakan bagi kehidupan dan pelayanan saya. Tetapi Ia tidak hanya punya rencana dan tujuan buat saya. Ia juga punya rencana untuk Gereja. Ia punya rencana dan tempat bagi anak-anakNya, dan anak-anakNya dapat tahu tentang rencanaNya itu dan melaksanakannya dalam hidup dan pelayanan mereka.

Tetapi Saudara harus menemukan rencanaNya dari Dia. Saudara harus berusaha mendapatkannya di dalam doa.

Orang-orang Pentakosta jaman dulu punya istilah, "berperang di dalam doa", tetapi banyak orang salah dalam penggunaannya. Mereka akan berkata kepada rekan seimannya, "Apakah kau sudah berperang di dalam doa hari ini?" Sesungguhnya, jika Saudara ada dalam persekutuan dengan Allah, Saudara tidak perlu berperang di dalam doa untuk mendapatkan rencana Allah. Tetapi, apabila kondisi rohani Saudara sedang undur, Saudara harus berperang di dalam doa.

Istilah itu muncul karena kadang-kadang orang-orang berdoa memerangi kuasa-kuasa jahat. Kadang-kadang Saudara harus memerangi kuasa-kuasa jahat. Daniel berdoa dua puluh satu hari sampai ia merebut kemenangan. Jadi kadang-kadang ada kekuatan rohani sehingga Saudara harus berperang di dalam doa.

Kadang-kadang Saudara harus berdoa dan menunggu Tuhan untuk menemukan apa rencanaNya, tujuanNya, dan cara pelaksanaanNya. Saudara harus menemukan rencana Allah untuk kehidupan Saudara, pelayanan Saudara, gereja Saudara - atau apa saja yang Allah kehendaki Saudara kerjakan.

Pada waktu menantikan Tuhan di dalam doa, semua yang saya kerjakan cuma taat pada apa yang Allah tunjukkan pada saya untuk dikerjakan. Saya tidak berbuat apa-apa kecuali berusaha untuk tetap sejalan dengan Dia!

Sekali waktu, seorang pelayan Tuhan (yang adalah teman saya) dan isterinya datang mengunjungi saya dan isteri saya. Kami menunjukkan kepada mereka RHEMA dengan segala fasilitasnya. Mereka berkata, "Pasti kau memikul beban yang berat."

"Tidak!" saya berkata. "Saya tidak memikul beban yang berat. Kau salah; bahkan saya tidak merasa tertekan oleh beban sekecil apapun. Bukan ide saya atau rencana saya untuk membuat suatu tempat latihan. Saya sendiri juga tidak mau memulainya."

Saudara lihat, saya sudah menyerahkan semua persoalan saya kepada Tuhan. Saya telah menyerahkan semua ini kepada Tuhan dan saya memiliki rencanaNya dalam hal ini. Pada awal pembuatan program, saya menceritakan kepada Tuhan tentang kebutuhan keuangan. (Tuhan adalah sahabat kita dan Ia adalah Bapa kita. Ia perduli akan kita, dan Ia bisa mengerti kita ketika kita berbicara kepadaNya.)

Itulah sebabnya saya tidak memikul beban! Jika memang rencana Tuhan, Ia akan mengambil alih beban Saudara! "Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha mereka yang membangunnya...." (Mazmur 127:1). Dan saya tahu bahwa Allah bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut!

Jadi apa yang kami kerjakan adalah hasil dari apa yang telah Allah katakan untuk dikerjakan, bukan apa yang saya inginkan. Itu bukan rencana atau maksud saya melainkan rencana dan tujuan Allah.

Terjemahan dari PLANS, PURPOSES, AND PURSUITS by Kenneth E. Hagin (Bab 3 - Except The Lord Build The House), jcb, 09031994.