Kamis, 17 Juli 2008

Hati Yang Merindukan Tuhan

Pelajaran Dari Maria Magdalena
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi itab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.
Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.' (Yohanes 20:1-18)
Setelah bangkit dari antara orang mati, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada banyak orang. Tetapi kepada siapa mula-mula Ia menampakkan diri? Maria Magdalena. Tuhan ingin sekali menampakkan diri kepada Petrus, karena kondisi kerohanian Petrus sedang dalam keadaan sangat lemah. Walaupun demikian, Ia lebih ingin menampakkan diri kepada Maria Magdalena. Ia ingin menampakkan diri kepada dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus karena mereka telah pergi ke arah yang salah. Tetapi Ia lebih ingin menampakkan diri kepada Maria Magdalena. Ia ingin sekali menampakkan diri kepada Yohanes, karena Yohanes sangat Ia kasihi; tetapi Ia lebih ingin menampakkan diri kepada Maria Magdalena. Ia juga ingin menampakkan diri kepada Tomas sehubungan dengan ketidakpercayaannya; tetapi Ia lebih ingin menampakkan diri kepada Maria Magdalena. Memang pada kenyataannya Tuhan menampakkan diri kepada banyak murid yang lain; walaupun demikian, Ia menampakkan diri mula-mula kepada Maria Magdalena. Mengapa Ia mengenyampingkan Petrus, Yohanes, Tomas dan semua murid yang lain dan kemudian menampakkan diri mula-mula kepada Maria Magdalena?

S A T U

Coba perhatikan bahwa Maria Magdalena adalah orang terakhir yang meninggalkan salib di Kalvari dan merupakan orang pertama yang tiba di kuburan. Ia bukan satu-satunya orang yang diselamatkan, juga bukan hanya ia yang dilepaskan dari roh-roh jahat; tetapi pagi-pagi benar ia datang ke kuburan untuk mencari Tuhan. Memang benar, ada banyak hal yang tidak ia mengerti (beberapa orang justru berpikir bahwa Maria tidak terlalu pandai), tetapi ia mempunyai kerohanian yang sangat baik - sesuatu yang mungkin tidak banyak di antara kita yang memilikinya. Ia mempunyai kerinduan akan Tuhan. Inilah yang seharusnya ada pada setiap orang Kristen - kerinduan akan Tuhan.
Tercatat di Yohanes 1:29 bahwa ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang ke arahnyaz, ia berseru, "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Inilah perkataan yang diucapkan Yohanes Pembaptis ketika ia pertama kali melihat Tuhan. Kemudian, di dalam ayat 36 kita membaca bahwa ia melihat Tuhan Yesus lagi dan mengatakan: "Lihatlah Anak Domba Allah!" Apakah ia lupa menambahkan kata-kata lainnya seperti pada perkataannya sebelumnya ("yang menghapus dosa dunia") ? Tidak, karena ini menjelaskan pengalaman seseorang yang sudah diselamatkan. Ketika seseorang pertama kali melihat Tuhan, tidak lain yang ia pikirkan adalah Tuhan dan dirinya sendiri. Ia melihat Tuhan sebagai Domba Allah yang menghapus dosanya. Tetapi pada kesempatan berikutnya, ia melupakan semua hal yang menyangkut dirinya dan hanya memikirkan Tuhan. Pada kesempatan pertama, ia mengucap syukur karena kemurahan yang Tuhan berikan kepadanya; pada kesempatan kedua, ia mendekat kepada Tuhan karena keberadaan Tuhan sendiri. Di dalam baptisan, kita disatukan dengan Tuhan; tetapi pada saat pemecahan roti, kita hanya mengingat Tuhan saja. Pada kesempatan pertama, kita menjadi orang-orang percaya di dalam Tuhan; pada kesempatan kedua, kita menjadi "kekasihNya". Langkah pertama adalah percaya pada pekerjaan Tuhan; langkah kedua adalah mendekat kepada Tuhan sebagai suatu pribadi.
Banyak orang yang hanya mengerti kemuliaan pekerjaan Tuhan tetapi tidak mengenal kemuliaan pribadi Tuhan sendiri. Mereka tahu kemurahan yang mereka terima, tetapi mereka tidak mengenal kasih Tuhan. Yang membedakan Maria Magdalena dengan yang lainnya adalah bahwa ia tidak hanya menghargai keselamatan yang ia terima, tetapi juga pribadi Juruselamat itu sendiri.
Banyak orang yang sudah dilepaskan dari ikatan roh-roh jahat, tetapi hanya satu orang yang mencari Tuhan - Maria Magdalena. Walaupun wanita- wanita lain juga datang mencari Tuhan, yang pertama tiba di kuburan adalah Maria Magdalena. Ia datang pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu sementara hari masih gelap. Ia tidak memperdulikan apa-apa kecuali mencari Tuhan. Benar sekali apa yang dikatakan oleh seorang saudara tentang hal ini, yaitu setelah Tuhan Yesus mati, seluruh dunia di mata Maria menjadi kosong! Seluruh dunia sama sekali tidak dapat mempesonanya karena ada satu orang yang benar-benar telah merebut hatinya. Hati Maria terpaut sepenuhnya pada Tuhan.

D U A

Ketika Maria tiba di kuburan, apa yang ia lihat? Apa yang ingin ia lakukan? Ia berpikir bahwa karena Tuhannya yang sangat ia kasihi sudah mati, cukuplah jika ia dapat melihat tubuhNya sekali lagi. Tetapi di luar dugaan, tubuhNya juga hilang! Jadi ia lari untuk menceritakannya kepada Petrus dan Yohanes, "Mereka telah mengambil Tuhan dari kuburan, dan kami tidak tahu di mana ia diletakkan." Segera kedua murid tersebut berlari ke kuburan. Yohanes berlari lebih cepat dari Petrus sehingga ia tiba di kuburan lebih dulu. Ia menjenguk ke dalam dan melihat kain kapan tergeletak, tetapi ia tidak masuk ke dalam. Simon Petrus tiba setelah itu dan masuk ke dalam kubur dan melihat kain kapan yang tergeletak; juga kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus sekarang sudah tergulung di tempat lain. Lalu Yohanes juga masuk. Ia melihat dan percaya. Tetapi apa yang mereka lakukan setelah melihat keadaan ini? Kedua murid ini "kembali ke rumah mereka". Mereka masih memiliki sebuah rumah yang indah di dunia ini ke mana mereka bisa pergi. Walaupun mereka menyadari bahwa Tuhan sudah tidak hadir bersama mereka lagi, mereka tetap merasa bahwa mereka harus pulang ke rumah mereka. Terpisah dari Tuhan, mereka masih memiliki tempat yang mereka sebut sebagai "rumah".
Bagaimana dengan Maria? "Tetapi Maria berdiri di dekat kubur itu dan menangis." Ia tidak punya tempat ke mana ia dapat pergi! Ia tidak dapat pergi! Betapa dalam arti kata "tetapi" ini. Maria berpikir di dalam hatinya: "Engkau mungkin mempunyai rumah untuk didatangi, tetapi aku tidak bisa pergi karena Tuhan tidak ada. Engkau mungkin tidak merasa kehilangan hadirat Tuhan, tetapi aku merasakan hal itu. Siapa yang telah mengambil Diat? Bagaimana aku bisa pergi dari sini?" Baginya, seluruh dunia menjadi kosong. Tuhan sudah pergi; tidak ada lagi yang bisa dikerjakan kecuali menangis. Hati Maria adalah hati seorang janda! Murid-murid yang telah mengikut Tuhan dapat pergi. Mereka yang mempunyai pengenalan yang dalam akan Tuhan bisa pergi. Yohanes yang mengasihi Tuhan dapat pergi; Petrus yang "berani" juga pergi. Hanya seorang wanita sederhana, yang pernah dibebaskan oleh Tuhan dari tujuh roh jahat, yang hatinya terpaut pada Tuhan. Ia tidak bisa tenang; ia tidak memiliki penghiburan. Ia idak dapat pergi. Tanpa Tuhan semuanya sudah berakhir. Maria hanya dapat menangis, karena setelah itu ada kekosongan yang sangat besar di dalam hatinya.

T I G A

"Sambil menangis, ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: 'Ibu, mengapa engkau menangis?' Jawab Maria kepada mereka: 'Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.'"
Ketika Maria melihat malaikat-malaikat tersebut, ia tidak terkejut ataupun takut. Mengapa? Karena hatinya terpaut sepenuhnya pada "Tuhanku telah diambil orang." Dengan satu hal ini yang ada di dalam pikirannya, ia tidak perduli pada apapun yang lain. Hatinya begitu terpusat pada Tuhan sehingga kehadiran para malaikatpun tidak bisa menarik perhatiannya. Ia tidak tertarik dengan malaikat-malaikat; hatinya terpaut penuh pada Tuhan.
Beberapa orang merasa bahwa sangat indah jika mereka, walaupun hanya sebentar, bisa bersama-sama Yohanes yang sangat mengasihi Tuhan; atau betapa indahnya jika mereka bisa mendengar satu kali saja kotbah Petrus yang sangat didisiplinkan Tuhan. Tetapi hati Maria tidak tertarik pada hal-hal yang demikian. Baginya, kehadiran Petrus dan Yohanes tidak cukup, karena hatinya adalah hati seorang janda. Orang-orang mungkin mengira betapa senangnya Maria karena malaikat-malaikat tersebut berbicara kepadanya; tetapi kenyataannya, ia tidak merasakan sesuatu yang istimewa.
Penampilan para malaikat ini pasti sangat berbeda dengan orang biasa; mereka pasti sangat menarik, bajunya putih dan bersinar; tetapi Maria hanya bisa memikirkan satu hal, yaitu bagaimana Tuhannya bisa diambil orang. Bahkan malaikat-malaikat dengan pakaian yang bersinar tidak bisa mengisi kekosongan hatinya.
Hanya satu hal yang dapat ia kerjakan, yaitu menangis. Tanpa Tuhan, tidak ada yang bisa memuaskannya. Kehadiran Petrus tidak bisa memuaskannya, Yohanes tidak bisa memuaskannya, bahkan para malaikat juga tidak bisa memuaskannya!

E M P A T

"Ibu, mengapa engkau menangis?" tanya kedua malaikat. "Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan," jawabnya. Dalam pikirannya, walaupun Tuhan telah mati, tubuhNya masih tetap berharga. Ia tidak berpikir tentang kebangkitan Tuhan. Empat kali, sebagaimana tercatat di dalam Injil Matius, Tuhan memberitahukan murid-muridNya bahwa setelah kematianNya Ia akan bangkit dari antara orang mati (Matius 16:21; 17:23; 20:19; 26:32). Tetapi Maria tidak tahu sama sekali akan hal ini. Jadi, pada hari itu semua harapannya telah hancur. Ia kemudian hanya menginginkan tubuh Tuhan. Tetapi dengan mengabaikan ketidaktahuan Maria, Tuhan menampakkan diriNya kepada Maria karena kerinduan Maria kepada Tuhan yang begitu kuat.
Tuhan menampakkan diri kepada Maria untuk memuaskan sebuah hati yang lapar dan haus akan Dia. Petrus dan Yohanes pulang ke rumah, dan Tuhan tidak mencari mereka. Tetapi di sini ada sebuah hati yang sepenuhnya terpaut kepada Tuhan, dan akibatnya Ia mencari hati tersebut. Izinkan saya mengatakan bahwa bukanlah kerugian yang besar jika kita kurang pengetahuan; tetapi memiliki sebuah hati yang bisa menggugah hati Tuhan merupakan sesuatu yang sangat berharga.

L I M A

"Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: 'Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?' Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: 'Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.'"
Maria melihat Tuhan Yesus, tetapi ia mengira bahwa yang dilihatnya adalah penunggu taman. "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia," Maria lupa untuk mengatakan bahwa ia sedang mencari Tuhan - Yesus dari Nazaret. Ia cuma mengatakan "dia". Bagi Maria, hanya satu "dia" di dalam dunia ini. Maria berpikir bahwa setiap orang harus tahu siapa yang dimaksud dengan "dia" bagi dirinya. Ia menganggap bahwa setiap orang harus tahu siapa "dia" ini! Itulah hati Maria.
"Kiranya ia mencium aku dengan kecupan" (Kidung Agung 1:2a.). Perkataan ini diucapkan oleh mempelai perempuan sebagai pernyataan kerinduannya kepada Salomo. Sama seperti itu, yang Maria rindukan di dalam hatinya adalah "Dia" ini, dan yang ia bicarakan adalah "Dia" ini juga. Kita perlu untuk memiliki "Dia" ini di dalam hati kita. Tidak terlalu penting memiliki pengetahuan rohani; memiliki "Dia" adalah yang terutama. Kita tidak membutuhkan lebih banyak pengetahuan; kita memerlukan sebuah hati yang sempurna di hadapan Dia, seperti yang dimiliki Maria.

E N A M

"Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya."

Siapakah Maria ini? Ia cuma seorang wanita. Kita tidak tahu apakah fisiknya kuat atau lemah, tetapi kita tahu keinginan hatinya untuk membawa tubuh Tuhan. Pada saat itu, ia tidak berpikir apakah ia cukup kuat atau apakah jalan yang harus ia tempuh untuk membawa tubuh Tuhan itu cukup jauh. Ia cuma berpikir untuk membawaNya. Kasih tidak mengenal kesulitan. Satu hal yang sangat mengherankan di dalam dunia ini adalah di mana ada kasih, tidak ada masalah. Ia tidak memikirkan hal yang lain kecuali membawa tubuh Tuhan. Itulah hati Maria.
Dihadapkan pada keadaan seperti ini, Tuhan tidak mempunyai pilihan lain kecuali menampakkan diriNya kepada Maria. Ia tidak bisa membiarkan Maria menangis. Ia harus memuaskan hati yang penuh kerinduan ini dan menampakkan diri kepada Maria sebelum Ia selanjutnya dapat mencari Petrus, Yohanes, dan dua murid yang sedang dalam perjalanan ke Emaus.

T U J U H

Bagaimana Tuhan menampakkan diri kepada Maria? "Kata Yesus kepadanya: 'Maria!' Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani:'Rabuni!'" Apakah kita sudah pernah mendengar suara ini, yang didengar Maria? Jika kita pernah mendengar suara ini - "Maria" - pada saat kita berdoa di dalam kamar, kita akan dipuaskan. Pada saat Tuhan berkata "Maria", Maria langsung mengenaliNya. Ini adalah wahyu. Sudah cukup jika Tuhan mengatakan satu kata. Seperti gembala memanggil domba-dombanya, mata domba-dombanya tersebut segera terbuka. Ketika Maria mendengar suara Tuhan, ia segera tahu bahwa ini bukan suara penunggu taman, tetapi suara Sang Guru. Jadi ia tidak perlu menangis lagi. Pada saat Tuhan menampakkan diriNya kepada seseorang, tidak diperlukan kata-kata yang lebih jauh. Apakah kita, seperti Maria, mengenali suara Tuhan kita?
Ada sebuah keluarga yang hanya terdiri dari dua orang, seorang ibu dan anak laki-lakinya. Setiap malam ketika anaknya pulang dengan mengendarai sepeda, ia sudah bersiul dari jauh sampai tiba di rumah. Ibunya segera tahu bahwa anak laki-lakinya sudah pulang. Suatu hari seorang saudara di dalam Tuhan sedang berbicara dengan ibu ini di rumahnya. Pada saat ia akan pulang, ibu ini menahannya dan memintanya untuk menunggu beberapa saat karena anak laki-lakinya sudah hampir tiba di rumah. Karena ingin tahu dari mana ibu ini bisa mengetahui hal tersebut, ibu ini menjawab bahwa ia telah mendengar siulan anaknya. Bagi orang lain, siulan itu tidak ada artinya, tetapi bagi telinga ibu tersebut siulan itu punya arti khusus. Ketika Tuhan berkata "Maria", mungkin hal itu tidak berarti apa-apa bagi orang lain, tetapi Maria mengenali suara ini dan tahu bahwa itu adalah Tuhan.

D E L A P A N

"Kata Yesus kepadanya: 'Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.'"
Di dalam Matius 28 tercatat bahwa beberapa wanita menyentuh Tuhan. Ia mengizinkan mereka melakukannya karena hal itu merupakan penyembahan. Tetapi mengapa di sini Ia melarang Maria menyentuhNya? Karena Tuhan tahu bahwa Maria ingin menahanNya untuk tetap tinggal di dunia dan tidak akan membiarkanNya pergi. Tetapi, apa yang telah Tuhan dapatkan selama di dunia? Tidak ada, kecuali sebuah mahkota duri, sebuah salib, dan sebuah kuburan. Sekarang Ia akan naik ke sorga - kepada BapaNya yang juga Bapa kita, kepada TuhanNya yang juga Tuhan kita. JadiIa berkata kepada Maria untuk tidak menyentuhNya; artinya, jangan menahan Ia di bumi. Tuhan tidak hanya sudah dibangkitkan. Ia juga telah naik ke sorga untuk menjadi Kepala dari sebuah umat yang baru dan juga sebagai wakil umat manusia.
Tidak pernah sebelumnya seorang manusia berada di sorga. ada aktu kenaikanNya, Tuhan Yesus menjadi orang pertama di dalam sorga, dan setelah Dia akan ada orang-orang lain yang percaya kepadaNya. "....yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, ...... yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, ..." (Ibrani 2:9,10). Karena penderitaan maut, sekarang Tuhan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, dan Ia akan membawa banyak orang juga ke dalam kemuliaan. Tuhan telah pergi lebih dulu, dan setelah itu murid-murid akan mengikuti. Setelah kebangkitanNya, Ia mulai memanggil murid-muridNya dengan "saudara". Dengan kata lain, Tuhan sekarang menjadi Anak Sulung Allah dan kita menjadi anak-anak Allah. Lewat kebangkitan dan kenaikanNya, BapaNya menjadi Bapa kita, dan AllahNya menjadi Allah kita.


S E M B I L A N

Apa lagi yang dapat dikatakan oleh Maria? Tidak ada, karena ia benar benar sudah dipuaskan. Jadi, ia pulang karena sekarang ia dapat pulang. Dapatkah kita menyalahkan Tuhan jika kita kurang memiliki wahyu seperti yang dialami Maria ketika melihat dan mendengar Dia? Jelas tidak, karena hal itu hanya disebabkan oleh kekurangan kita akan kelaparan dan kehausan akan Tuhan, seperti yang dimiliki Maria. Marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah kita sungguh-sungguh merindukan Tuhan? Apakah kita merindukan Anak Allah dengan sepenuh hati kita? Apakah kita tidak perduli pada kenyataan bahwa kedudukan kita atau keterkenalan kita sama sekali tidak bisa menjamah hati Tuhan? Hati Tuhan hanya bisa tersentuh jika kita benar-benar merindukanNya. Semoga Allah menanamkan kerinduan yang demikian di dalam hati kita sehingga kita bisa merindukan Anak Allah dan mengasihi Dia dengan sepenuh hati.

Terjemahan dari GRACE FOR GRACE (Bab 9, Mary Magdalene by Watchman Nee), 24091993, jcb.

Tidak ada komentar: