Senin, 14 Juli 2008

Tuhan Tidak Pernah Kecil Hati

o Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadaNya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. (Yoh. 4:13-14)
o Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka karena Ia mengenal mereka semua.(2:23-34)
o Karena Yesus tahu bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja. Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri. (6:15)
o Maka kata saudara-saudara Yesus kepadaNya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-muridNya juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum... Maka jawab Yesus kepada mereka: " WaktuKu belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu...Demikianlah kataNya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.(7:3-4,6,9)
o Aku berkata kepada: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:24)
o Kata Petrus kepadaNya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu!" Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagiKu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. (13:37-38)
o Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia. (16:31-33
)

Apa pun yang dilakukan oleh Tuhan kita di dunia ini tidak ada yang gagal. Dalam Injil Markus tertera: "Ia menjadikan segala-galanya baik" (7:37). Apa pun yang Dia lakukan memang baik. Di sini kita akan membicarakan apa yang sebenarnya Yesus lakukan dan memperhatikan secara khusus apa yang tertulis dalam Yoh. 4:13-14.
Dalam ayat ini dikatakan bagaimana Dia akan memenuhi hati orang Kristen supaya kita merasa puas. Dia sendiri menjanjikan kepada kita hal ini: "Barangsiapa minum air ini akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya." Setiap orang yang minum dari air yang diberikan Yesus tidak akan haus lagi selama-lamanya artinya dia tidak akan merasa kekurangan atau kecewa. Namun kita pasti akan bertanya, benarkah demikian. Jawabannya adalah "ya". Benar, orang yang menerima Yesus Kristus tidak akan haus lagi. Kalau begitu, mengapa banyak orang merasa tidak puas? Karena ada beberapa orang yang terus menerus berkata: Saya masih haus; Saya belum mencapai beberapa hal. Apakah itu karena janji Tuhan tidak ditepati? Tentu saja tidak, karena dengan jelas Dia menyatakan bahwa "barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya." Allah memberikan kepuasan yang tetap kepada manusia.
Kalau begitu, mengapa beberapa di antara kita masih merasa haus? Mengapa kita tidak puas? Mengapa masih ada keinginan di dalam diri kita? Mengapa kita merana? Mengapa kita masih merasa sedih? Dan mengapa masih ada rasa kasihan terhadap diri sendiri? Hal ini terjadi karena kita hanya memperhatikan janji yang tertulis dalam ayat 14 dan melupakan ayat 13. Tuhan memang mengatakan, "Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, namun perhatikanlah apa yang dikatakanNya sebelumnya: "Barangsiapa minum air ini ia akan haus lagi - karena "air ini" mengacu kepada air dunia, air yang ditinggalkan Yakub, air terbaik di dunia.
Banyak orang tidak mengerti sifat yang sesungguhnya dari air di dunia ini. Mereka begitu bebal dan tidak memikirkan sifat apa yang melekat pada hal-hal yang ditawarkan dunia ini: apakah itu sementara atau permanen, kelihatan atau tidak kelihatan, bersifat materi atau rohani. Akibatnya mereka tidak menyadari bahwa, agar janji Allah dapat memuaskan hati mereka, mereka harus mengerti dahulu bahwa air dunia ini tidak dapat memuaskan mereka. Mula- mula ketahuilah bahwa "barangsiapa minum air ini ia akan haus lagi"; setelah itu mareka harus mengerti apa yang Allah katakan kemudian yaitu bahwa "ia tidak akan haus lagi". Allah ingin sungguh-sungguh memuaskan kita; supaya dengan kepuasa yang kita miliki, jangan kita mengharapkan sesuatu yang lain.
Di sini tidak akan dibahas mengapa air dunia ini tidak dapat memuaskan hati manusia, namun akan dijelaskan mengapa begitu banyak orang Kristen masih merasa haus. Alasannya adalah karena manusia terus kembali kepada air yang disebutkan dalam ayat 13. Mengapa orang kecewa? Bila tidak ada sesuatu yang diharapkan, tidak akan ada kekecewaan. Bila manusia tidak berharap untuk menjadi kaya, dia tidak akan pernah kecewa karena tidak memiliki kekayaan. Di sisi lain, bila kita berharap bahwa air dunia ini akan memuaskan kita, yaitu bila mata kita tertuju pada arah yang salah kita akan haus lagi. Saya percaya inilah alasannya mengapa kebanyakan dari kita merasa sakit hati atau kecewa.
Mengapa kita tidak puas? Pasti ada alasannya. Yaitu bila kita hanya mencari hal-hal sementara untuk memuaskan keinginan kita. Kita tidak akan pernah puas bila kita mencari hal-hal yang akan berlalu seperti kemasyhuran dan kekayaan. Karena ketika kita mendapatkannya kita akan melihat bahwa hal-hal itu tidak membuat kita merasa tentram, senang atau puas. Dan segera kita akan menginginkan hal lain. Dengan demikian kita akan merasa haus, haus dan haus lagi. Jadi, kesalahan kita adalah karena kita mengharapkan bahwa hal-hal yang mudah lenyap ini mengisi hati kita. Ketika kita memegang erat-erat hal-hal ini, kita melihat betapa cepatnya semua itu lenyap sehingga hati kita tidak pernah benar-benar dipuaskan.

Tuhan Tidak Pernah Kecil Hati

Tuhan kita Yesus Kristus tidak pernah berkecil hati. Mengenai hal ini, marilah kita bersama-sama memusatkan pikiran pada apa yang tertulis dalam Injil Yohanes (tentu saja ketiga Injil yang lain pun membahas hal ini). Dengan mengingat apa yang terjadi sepanjang hidupNya, keadaan yang dihadapiNya selama ia hidup di dunia, seringkali dapat saja Tuhan Yesus merasa putus asa atau kehilangan harapan. Namun, hal itu tidak pernah Ia rasakan.Yes. 49 berbicara mengenai Yesus, dinyatakan di sini bahwa Allah akan memakaiNya untuk membawa Yakub kembali dan untuk mengumpulkan Israel. Namun apa yang nyatanya terjadi? Kita tahu bahwa dilihat dari luar, pekerjaan itu gagal total. Bagaimana perasaan Allah sendiri seperti yang dinyatakan dalam pasal yang sama dari surat Yesaya? "Aku telah bersusah-susah dengan percuma. Dia berkata, "dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun hakku terjamin pada Tuhan dan upahku pada Allahku" (ay. 4). Dia tidak pernah putus asa. Yes. 42 mengacu juga kepada Yesus: "Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai" (ay. 4). Walaupun hal-hal yang terjadi padaNya dapat dengan begitu mudah memusingkan atau membuatNya kehilangan harapan, namun Ia tidak pernah putus asa.
Bila kita melihat dalam Perjanjian Baru, kita melihat bahwa ada perbedaan penekanan antara Injil Yohanes dan Injil Matius. Dalam Injil Yohanes Tuhan ditolak oleh manusia hanya pada bagian permulaan, sedangkan dalam Injil Matius diperlihatkan bahwa Ia ditolak sampai dengan pada pasal 12. Pada bagian pertama dari surat Yohanes diperlihatkan bahwa "Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya"(ay. 11). Dia datang untuk menanggung dosa orang Israel dan dosa orang kafir. Namun manusia menolakNya dan tidak mau menerimaNya. Ketika Ia di atas kayu salib manusia menolak Dia dan bahkan Allah meninggalkanNya.
Bila kita ditempatkan dalam situasi semacam ini, pasti kita akan kecewa, putus asa dan sangat sakit hati. Namun di atas kayu salib Tuhan berteriak dengan keras: "Sudahlah genap"!(Yoh. 19:30). Bila kita yang berada di situ, kita akan berteriak:"Kita sudah dikalahkan!" namun Dia berteriak seperti tentara yang mengalami kemenangan: "Sudahlah genap!" Sepanjang hidupNya, Dia menjadikan Allah sebagai sumber kepuasanNya. Dia tidak pernah menaruh pengharapan atas manusia dan mengharapkan apa pun dari manusia. PengharapanNya hanya terletak pada Allah. Karena sebagai gantinya adalah Allah sendiri. Allah sendiri menyatakan bahwa tidak seorang pun mengenal Anak kecuali Bapa dan bahwa Dia tidak akan menerima kemuliaan dari manusia. Lebih jauh lagi, dikatakanNya bahwa Dia datang bukan untuk melakukan kehendakNya, melainkan kehendak yang mengutus Dia. Dia menyatakan bahwa Dia selalu melakukan kehendak BapaNya. Sepanjang hidupNya Yesus menyatakan kehendak BapaNyalah yang menjadi kepuasan bagiNya. KepuasanNya terletak pada Allah dan hanya Allah sendiri. Karena itulah betapapun manusia dan keadaan dan kejadian di dunia ini mudah berubah, tidak ada yang dapat membuatNya putus asa. Jadi, siapa pun yang kepuasanNya terletak pada Allah, tidak pernah merasa putus asa.
Karenanya kita sepatutnya menyadari bahwa kita tidak pernah dapat menaruh pengharapan pada manusia. Bila kita tidak pernah mengharapkan kemashyuran, kemuliaan, pertolongan, kesenangan, makanan dll. dari manusia, kita tidak akan pernah merasa haus. Baiklah kita berhati-hati terhadap air yang terdapat di dunia ini. Karena cara kita memandang dunia akan menentukan apa yang kita harapkan dari dunia.

Allah Tidak Mencari Kemuliaan Dari Manusia

"Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari Raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka" (Yoh. 2:23-24).
Kita mencatat dari pasal kedua surat Yohanes bahwa Tuhan melakukan dua mujizat besar. Setelah Dia melakukan mujizat pertama, murid-muridNya percaya padaNya dan setelah Dia melakukan mujizat kedua lebih banyak orang lagi yang melihat tanda-tanda yang dibuatNya dan percaya pada namaNya. Dilihat dari sudut pandang kita, bila kita melihat semakin banyak orang datang ke persekutuan kita dan semakin banyak orang percaya, secara tidak sadar kita akan terjebak dalam pekerjaan kita. Namun, tidak demikian dengan Allah kita. Lihatlah ayat 24: "Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka." Dia menolak untuk disenangkan oleh manusia dan sama sekali tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Dia tahu bahwa orang-orang ini akan menyalibkan Dia. Tidak diragukan bahwa Allah merasa senang bila banyak orang percaya padaNya; namun demikian Ia tidak melibatkan diriNya dengan mereka. Masalahnya bukanlah karena orang-orang ini tidak dapat menjamah hatiNya; namun hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan tidak pernah menggoncangkan hatiNya walaupun pekerjaan itu berhasil. Akibatnya, Dia dapat mempertahankan objektivitasNya.
"Aku tidak memerlukan hormat dari manusia" (Yoh. 5:41). Di sini diceritakan tentang orang yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan selama 38 tahun yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus dalam waktu sekejap. Orang-orang tidak menentang Dia lagi. Malahan mereka memuliakan Allah. Namun Tuhan Yesus berkata: "Aku tidak memerlukan hormat (dalam bahasa Inggris dikatakan 'glory' yang berarti kemuliaan) dari manusia." Bila hal yang sama terjadi pada kita, kita mungkin akan siap untuk menerima kemuliaan itu. Dan bila kita adalah orang yang mengharapkan hal itu, kita akan senang ketika kita menerimanya namun akan sangat kecewa bila kita tidak menerimanya. Namun, Tuhan kita tidak pernah menerima kemuliann dari manusia. Dia tidak pernah mengharapkan atau menerima apa pun dari manusia dan karenanya Dia tidak pernah kecewa.
"Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (Yoh. 6:15). Pada waktu itu beribu-ribu orang berkumpul. Dan karena mereka melihat pembagian roti, mereka menyambutNya sebagai Raja. Walaupun manusia sangat meninggikan Dia, Yesus menolaknya. Dia tidak ingin menerima kemulian dari mereka. Apa yang ingin diberikan manusia padaNya, tidak ingin diterimaNya. Dia tidak akan minum air dunia ini. Karena Allah yang di dalam Dia memuaskan hatiNya, Dia dapat menolak semua yang dapat diberikan oleh dunia padaNya. Jadi reaksinya yang kelihatan adalah menarik diri. Menarik diri adalah sikap terbaik. Penarikan diri dapat menghindarkan anak Allah dari pengagungan oleh manusia. Dengan penarikan diri, orang dapat merasakan kepuasan yang datang dari Allah. Penarikan diri disebabkan oleh adanya kepuasan di dalam yang berasal dari Allah.
"Maka kata saudara-saudara Yesus kepadaNya: "Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-muridMu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jika engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diriMu kepada dunia."... Maka jawab Yesus kepada mereka: "WaktuKu belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu....Demikianlah kataNya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea." (Yoh. 7:3- 4,6,9). Pada saat itu saudara-saudara Yesus mengira bahwa Ia akan menjadi terkenal bila Ia memberikan banyak tanda. Di Galilea Dia tidak dilihat, baik oleh murid-muridNya maupun oleh orang Yahudi, jadi bagaimana mereka dapat percaya padaNya? Yerusalem, di pihak lain, adalah sebuah kota metropolitan tempat banyak orang berkumpul. Di sini, Ia dapat menjadi terkenal dan banyak orang akan menjadi percaya. Namun demikian, Yesus "tinggal di Galilea". Meskipun mudah sekali bagiNya untuk pindah ke tempat lain yang memungkinkan Dia memiliki banyak keuntungan, Yesus menolak untuk melakukan hal semacam itu.
Kebanyakan orang ingin tahu dan hal ini berlawanan dengan sifat Yesus. Dan berapa banyak pujian yang timbul karena keingintahuan manusia. Kalau saja Tuhan Yesus mau pindah ke tempat lain, Dia akan memiliki banyak kesempatan untuk menerima pujian dari manusia. Namun Dia tidak mempercayakan diriNya pada mereka. Dia menolak untuk menerima pujian dari manusia. Mengapa? Karena di dalam diriNya begitu penuh, sehingga Dia tidak memerlukan apa pun dari luar. Karena Yesus begitu mengenal sifat air yang ada di dunia ini, Yesus dapat berkata kepada wanita-wanita yang meratapi Dia dalam perjalananNya ke kayu salib dengan cara seperti ini: "Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu." (Lk. 23:28). Dia tidak pernah kecewa ataupun putus asa.
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." (Yoh. 12:24). Dalam Injil Yohanes ini seolah-olah Tuhan kita telah mengalami hari yang paling indah dalam hidupNya. Bukan hanya sahabat- sahabatNya percaya padaNya, orang Farisi pun demikian juga. Bahkan di antara orang Farisi sendiri mereka berkata: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia." (ay.19). Semua musuhNya mengakui kekalahan mereka, sahabat-sahabatNya mempercayaiNya dan banyak orang Yahudi percaya padaNya. Lebih lagi, bahkan orang kafir datang padaNya. Karena tercatat bahwa beberapa orang Yunani mendekat dan meminta pada Filipus untuk mengatakan pada Yesus bahwa mereka ingin menemuiNya. Lewat perkataan dan perbuatan mereka, semua orang ini dengan suara bulat mengakui bahwa hari itu memang hari kemenangan Yesus Kristus.
Bila kita sendiri yang berada dalam situasi semacam ini kita pasti akan menjadi sombong. Namun bagaimana dengan Kristus? Pada saat itu Ia menjawab murid-muridNya seperti ini: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah." Dan di sini kita tahu bahwa Dia sedang membicarakan kematianNya sendiri (lih. ay. 33). Tuhan seperti sedang berkata seperti ini kepada Filipus: jalan yang harus Aku tempuh tidak selalu jalan ke Yerusalem yang penuh kemenangan, juga tidak selalu Aku disambut atau dicari oleh manusia. Dunia mengkin menawarkan semua itu kepadaNya, namun Ia tidak ingin menerima dan menikmatinya. Dia tidak minum setetespun air dari dunia ini. Dia menolak apa yang dapat diberikan manusia padaNya dan Dia hanya menginginkan pemberian Allah.
Kita perlu mempelajari hal ini. Pekerja Allah harus menyimpan hal ini dalam hatinya. Karena bisa saja hari ini orang-orang memandang saudara dan esok hari mereka sama sekali melupakan saudara. Orang bayak yang dalam masa Yesus berteriak "Hosanna" pada hari kemenangan adalah orang yang sama yang tidak lama kemudian berteriak "Enyahkan Dia". Namun Tuhan Yesus tidak berkecil hati dengan sikap mereka yang berubah-ubah. Dia memiliki pertahanan rahasia di dalam diriNya untuk melawan kesenangan manusia. Dia tidak pernah mempertahankan hubungan langsung dengan lingkunganNya. Yang Dia pikirkan hanyalah Allah dan kehendakNya. Dengan demikian, jalanNya tidak seperti jalan manusia yang dengan jelas berliku-liku; jalanNya selalu lurus. Tuhan kita tidak pernah mengijinkan sahabat-sahabatNya untuk membengkokkan jalanNya, baik melalui pujian manusia maupun perlawanan dari musuhNya.

"Bapa Menyertai Aku"

"Kata Petrus kepadaNya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu!" Jawab Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagiKu? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Yoh. 13:37-38). Semua ujian yang sampai sejauh ini dibahas, datang baik dari manusia maupun karena kelihaian iblis. Dan Tuhan diperhadapkan dengan ujian yang bahkan lebih halus yang dilakukan oleh Petrus: "Mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagiMu." Tuhan Yesus menjawab "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Nampaknya walapun Petrus telah berjalan dengan Tuhan Yesus cukup lama dan telah menolong Dia, namun Tuhan Yesus tidak mempercayakan diriNya pada Petrus. Bila saya mempunyai murid (tapi tentu saja saya tidak pernah memilikinya) dan seorang murid yang khusus bagi saya telah membantu saya banyak di masa lampau, saya pasti akan mengusir setan dari kehidupannya bila ia berani menyangkal saya sementara kami berada di tempat yang sama. Dengan pandangan sekilas terhadapnya saya akan berkata kepada murid ini: "Betapa beraninya engkau menyangkal saya?" Namun tidak demikian halnya dengan reaksi Tuhan terhadap Petrus. Dia memalingkan wajahNya dan memandang Petrus dengan cara sedemikian rupa sehingga Petrus ke luar dan menangis dengan penuh kepahitan. Ada lagu yang menggambarkan hal ini dan sebagian dari lagu itu berbunyi demikian:

Apakah yang mencabik keindahan yang nampak pada idola dunia ini?
Hal itu bukanlah mengenai hak atau tugas melainkan harga yang tiada taranya
Itu adalah pandangan yang meluluhkan Petrus
Itu adalah wajah yang dilihat oleh Stefanus
Itu adalah hati yang menangis bersama Maria
Hanya itulah yang dapat diambil idola-idola dunia ini

Bila mata Tuhan kita dapat memandang ke arah kita, hanya itulah yang dapat sungguh-sungguh meluluhkan kita. Namun pandangan yang diarahkan kepada Petrus ini adalah pandangan yang memiliki wahyu lain. Kita berharap terlalu banyak dari murid kita. Jadi kita akan menjadi sangat kecewa dan sakit hati ketika ia gagal atau membicarakan yang tidak pantas mengenai kita. Tidak seperti Tuhan Yesus, kita tidak dapat tahan dengan ketidakmengertian dan ketidaksetiaan murid kita. Sebanarnya, bila kita minum air dunia ini, mengharapkan teman dan saudara dan orang lain untuk memuaskan kita, kita akan selalu menjadi haus lagi. Namun bila kita hanya bersukacita dalam apa yang disediakan Allah bagi kita - apakah itu teman, rumah, makanan atau hal-hal lain - kita dapat bersukacita dengan Allah. Perubahan apapun yang terjadi tidak akan membuat kita kecewa atau sedih.
"Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang? Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yoh. 16:31-33). Pada titik ini murid-murid Kristus percaya padaNya. Namun Yesus berkata pada mereka, "Percayakah kamu sekarang?...kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku." Sama seperti Yoh. 17 yang mencatat doa Tuhan yang terakhir, Yoh. 16 ini adalah percakapan terakhir Tuhan Yesus dengan murid-muridNya di dunia ini. Wujud percakapan ini terlihat dalam ps. 16. Tuhan berkata: "kamu dicerai-beraikan... dan kamu meninggalkan Aku seorang diri." Bila kita yang mengalami situasi semacam ini kita akan mengeluh dan berkata, "Mengapa Engkau meninggkalkan saya seorang diri di sini?" Namun Tuhan berkata dengan dengan tenang, "Bapa menyertai Aku." Secara alamiah Dia berhak mendapatkan penghiburan dari murid-muridNya yang sudah lama berjalan dengan Dia, namun Dia tidak meletakkan pengharapanNya pada mereka. Dan seperti sudah kita ketahui dengan baik, walaupun pada akhirnya mereka tercerai-berai, Dia sama sekali tidak sakit hati dengan keadaan itu. Sebaliknya, Dia dapat menceritakan pada mereka, sebelum Dia mengalami kejadian itu yaitu pengalamanNya sendiri supaya mereka memiliki damai di dalam Dia. Dia tahu bahwa siapa pun yang minum air dunia ini akan haus lagi. Karena itu, meskipun air ini tersedia bagiNya, Dia tidak akan meminumnya. Mereka yang menolak air dunia ini tidak akan merasa haus lagi.

Apakah Kita Memiliki Hidup yang Memuaskan?

Mengapa kita tidak memiliki hidup yang memuaskan? Mengapa kita kecewa? Karena kita memiliki harapan, harapan yang besar. Ketika kita gagal untuk mendapatkan apa yang kita pikir dapat memenuhi kebutuhan kita, kita putus asa. Saya ingin membagikan kesaksian pribadi. Seringkali saya dihina, namun sering juga saya dipuji (bahkan blis pun memuji saya). Namun Allah mengingatkan saya lewat ayat ini bila saya minum air dunia ini saya akan haus lagi dan menjadi kecewa. Ketika dunia menawarkan pada saudara kasih sayang, pertolongan, kekayaan, ketenaran, ketenangan, kemudahan dan lain-lain saudara akan beranggapan bahwa, karena sekarang semua ini sudah menjadi milik saudara, saudara akan minum dengan sepuas-puasnya. Namun bila itu yang saudara lakukan, suatu hari saudara akan merasa haus lagi. Seberapa banyak saudara minum air dunia ini, sebesar itu pula rasa haus saudara.
Beberapa orang Kristen bertanya pada saya: "Mengapa orang-orang lain dapat merasakan bahwa Allah berharga, sedangkan saya tidak?" Saya menjawab mereka dengan cara seperti ini: "Hal ini disebabkan karena, selain Allah ada air lain yang diminum, karena itu saudara tidak menghargai Allah." Dengan melihat berapa banyak pengorbanan kita dan berapa banyak kehilangan yang kita alami di dunia ini, kita akan mengetahui berapa besar penghargaan kita terhadap Allah.
Paulus tidak semata-mata berkata bahwa dia telah menjadikan Kristus sebagai harta bendanya, namun dia juga harus merasakan kerugian. Dia menganggap segala suatu kerugian, dia melepaskan segala sesuatu supaya dia mengenal dan memenangkan Tuhan Yesus Kristus. Bila saudara hanya mengetahui Kristus, saudara akan membuktikan juga betapa berharga dan memuaskannya Tuhan kita. Dengan mempertahankan roh yang terdapat dalam Yoh. 4 kita dapat mengatakan bahwa ukuran kerugian saudara adalah ukuran keuntungan saudara. Banyaknya hal yang berasal dari dunia yang saudara pertahankan akan menentukan banyaknya kenikmatan kekayaan Allah yang saudara alami.
Teman-teman yang terkasih, bila orang-orang memberikan pada saudara kasih sayang, ketenaran, ketenangan, kemuliaan, kekayaan dan lain-lain, apakah yang akan saudara lakukan? Bagaimanakah seharusnya saudara bereaksi? Apakah benar karena wanita Samaria sudah memiliki air yang hidup, dia tidak memerlukan lagi air dunia ini? Tidak, dia masih harus minum air dunia ini. Kita harus minum air dunia ini juga. Jadi, kalau orang-orang, teman atau saudara kita memberikan kepada kita kesenangan, kemasyhuran, kekayaan, ketenangan dan pertolongan, kita harus megijinkan mereka melakukan hal itu; namun kita tidak boleh membiarkan diri kita dipengaruhi oleh hal-hal ini ataupun mempercayai orang-orang ini. Hati kita tidak boleh tergoncang oleh hal-hal ini dan kita tidak boleh meminta apa pun dari mereka. Bila kita tidak minum dari sumber ini, kita tidak akan pernah kecewa.
Saya percaya bahwa Yes. 53:2a yang berbicara mengenai kedatangan Mesias, Tuhan kita, adalah ayat yang paling berharga: "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan dan sebagai tunas dari tanah kering." Apakah artinya? Di atas tanah yang mengandung air, pohon akan tumbuh dengan mudah dan dengan cepat. Namun lingkungan yang dimasuki Tuhan Yesus sama sekali tidak menolongnya ke arah itu. Tidak ada yang dapat diberikan oleh lingkungan kepadaNya; dunia tidak memiliki apa pun untuk menolong Dia. Baik musuh maupun iblis tidak dapat menolongNya bahkan dalam hal yang paling kecil sekalipun. Bahkan malaikat tidak dapat menolongNya. Dia menerima semuanya dari Allah. Dia tidak menerima dorongan, dukungan atau penghiburan dari apa yang ada di sekeliling Dia. HidupNya adalah sebuah garis yang lurus.
Kita tahu bahwa garis yang lurus adalah jarak terdekat yang dapat menghubungkan dua hal. Dari dunia ini ke alam baka, Tuhan kita melewati jalan yang lurus. "Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Lk. 9:62) Apakah artinya? Ini berarti bahwa dia yang membajak harus memandang ke muka, bila tidak tanah yang dibajaknya tidak akan terlihat baik. Bila matanya melihat ke depan, tanah yang dibajaknya terlihat lurus. Bila sekejap saja dia melihat ke belakang, tanah yang dibajaknya tidak akan terlihat lurus. Oh, biarlah kita menyadari bahwa Allah tidak ingin kita berbalik ataupun berpaling. Dia sendirilah yang harus menjadikan kita puas.
Kalau begitu bagaimanakah kita dapat merasa puas? Dengar apa yang diatakan Allah: "Air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal" (Yoh. 4:14). Ketenaran, ke- senangan, dan hal-hal lain yang hanya di luar sama sekali tidak berharga. Selain Allah dan Roh Kudus yang diam di dalam kita, tidak ada yang dapat memuaskan kita. Itu adalah hal yang sungguh benar.
Saya berterima kasih dan memuji Dia, karena Dia telah mentrasfer jalan hidupNya kepada saya. Dia memang Allah yang terkasih!

Terjemahan bebas dari PRACTICAL ISSUES OF THIS LIFE by Watchman Nee (Bab 6, The Lord is Never Discouraged), mia wenas, 14041994

Tidak ada komentar: