Selasa, 29 Juli 2008

Prinsip Tentang "Yang Kedua"

Watchman Nee

Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah. Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga. - I Korintus 15:45-47

Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapanMu!". Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjianKu dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. - Kejadian 17:18,19

Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." - Kejadian 25:23

dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau." - Roma 9:12,13

Katanya kepada ayahnya: "Janganlah demikian, ayahku, sebab inilah yang sulung, letakkanlah tangan kananmu ke atas kepalanya." Tetapi ayahnya menolak, katanya: "Aku tahu, anakku, aku tahu; ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, dan keturunan adiknya itu akan menjadi sejumlah besar bangsa-bangsa." - Kejadian 48:18,19

dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." - I Samuel 8:5

Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagiKu." - I Samuel 16:1

Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN. - II Samuel 12:14,24,25


Ayat-ayat di atas menyatakan kepada kita suatu prinsip yang Allah pakai. Kita dapat menyebutnya "prinsip tentang 'yang kedua'" atau "hukum tentang 'yang kedua'".

Allah Selalu Memilih Yang Kedua

Dari ayat-ayat tersebut kita dapat belajar bahwa Allah selalu memilih yang kedua, bukan yang pertama. I Korintus 15 mengatakan kepada kita bahwa yang pertama berasal dari dunia, sedangkan yang kedua berasal dari sorga. Yang pertama alamiah, sementara yang kedua rohaniah. Saya sendiri sering heran mengapa di Alkitab nampaknya Allah selalu memilih orang yang kedua. Ismael adalah anak yang lebih tua, tetapi Allah memilih Ishak, yang lebih muda. Esau lebih tua, tetapi Allah memilih Yakub, yang lebih muda. Selanjutnya, kita juga melihat bahwa walaupun Efraim merupakan anak kedua sementara Manaseh anak pertama, Allah justru memilih Efraim. Batsyeba melahirkan dua anak. Allah membunuh anak pertama tetapi mengasihi anak kedua, yaitu Salomo. Ia sangat mengasihi Salomo sehingga menyuruh nabi Natan untuk memberi nama lain kepada Salomo, yaitu Yedija - yang artinya "kekasih TUHAN" (dan melalui keturunannyalah Yesus Kritus dilahirkan). Lebih jauh, raja Israel pertama yaitu Saul ditolak Allah; tetapi Daud, yang merupakan raja kedua, dipilih oleh Tuhan, karena Ia menyatakan bahwa Daud adalah orang yang berkenan di hatiNya (Kisah Para Rasul 13:22).

Mengapa Allah Menolak Yang Pertama dan Menerima Yang Kedua

Mengapa Allah menolak yang lebih tua dan menerima yang lebih muda? Kenapa Ia membenci yang pertama dan mengasihi yang kedua? Jawaban terhadap pertanyaan itulah yang sedang kita cari.

Marilah kita perhatikan bahwa Allah memakai prinsip ini pada orang berdosa sama seperti pada orang Israel dan orang percaya. Mengapa di kitab Keluaran Allah memerintahkan orang Israel untuk membubuhkan darah pada kedua tiang pintu dan ambang atas supaya anak-anak sulung tidak dibunuh? Mengapa hanya anak-anak sulung yang perlu dilindungi sementara yang bukan anak sulung tidak memerlukan perlindungan? Mengapa di Alkitab semua anak sulung ternak harus ditebus, kalau tidak lehernya harus dipatahkan (dan itu berarti kematian karena sistem syaraf pusat diputuskan)? Mengapa harus anak sulung, bukan anak kedua, dari ternak yang harus ditebus? Bahkan bukan hanya anak sulung ternak, anak-anak sulung orang Israelpun harus ditebus (anak kedua tidak perlu ditebus). Karena jika anak sulung tidak ditebus, ia akan disingkirkan dan tidak boleh berada di antara umat Tuhan. Mengapa Allah secara khusus tidak senang terhadap anak sulung? Mengapa Ia mengasihi anak kedua dan secara khusus memberi perhatian istimewa kepadanya? Mengapa Ia mengambil seluruh suku Lewi sebagai pengganti anak anak sulung orang Israel, dan mengapa Ia menghendaki orang-orang yang kelebihan itu ditebus dengan syikal? (lihat Bilangan 3:44-51)

Kita tahu bahwa apa yang ada di Alkitab tidak tercatat secara kebetulan. Hal ini menunjukkan adanya suatu prinsip yang sangat penting. Prinsip ini mungkin tidak dikenal secara umum, namun kita yakin bahwa Allah tidak pernah melakukan sesuatu tanpa maksud tertentu. Sekali, dua kali, dan banyak kali Ia melakukan sesuatu dalam suatu cara yang khusus dengan maksud agar kita dapat melihat prinsip yang digunakan Allah. Sebab "tindakanNya" diatur oleh "prinsip-prinsipNya". Kita akan mengalami kemajuan pesat dalam pengenalan akan Allah dan dalam hal-hal rohani jika kita mengerti prinsip dan cara yang digunakan Allah.

Apa yang ada di balik tindakan Allah dalam menolak yang pertama dan menerima yang kedua? Coba kita baca lagi I Korintus 15:46: "Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah." Kita tahu bahwa I Korintus pasal 15 menjelaskan tentang kebangkitan tubuh. Maksud kita dalam membaca bagian ini tentunya bukan untuk menyelidiki tentang kebangkitan tubuh, tetapi untuk mengerti beberapa prinsip rohani. Menurut ayat-ayat di bagian ini, yang mula-mula datang adalah tubuh alamiah, baru kemudian tubuh rohaniah. Jadi dapat kita katakan bahwa prinsip rohani yang berlaku di sini adalah: yang rohaniah datang belakangan, sementara yang alamiah datang lebih dulu. Hal ini akan menjelaskan mengapa Allah memilih yang kedua dan menolak yang pertama.

Apa yang disebut dengan "pertama"? "Yesus menjawab, kataNya: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah....... Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.'" (Yohanes 3:3,6). Tuhan kita sedang membicarakan tentang kelahiran kembali. Ia menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan satu kali tidak cukup baik; ia harus dilahirkan kembali. Seseorang yang hanya mengalami satu kali kelahiran tidak dapat melihat Kerajaan Allah dan karenanya ia dianggap tidak berguna. Hanya dia - yang mengalami kelahiran baru - yang memiliki kehidupan kekal dan dapat melihat Kerajaan Allah. Kemudian Yesus menjelaskan apa yang dimaksud dengan kelahiran pertama, yaitu kelahiran dari daging. Tetapi apa yang dimaksud dengan kelahiran kedua? Itu adalah kelahiran dari Roh. Jadi, apa saja yang lahir dari daging - apa saja yang dihasilkan secara alami - berasal dari "yang pertama"; tetapi semua yang tidak berasal dari daging, melainkan dari kelahiran oleh Roh Kudus, berasal dari "yang kedua".

Coba kita lihat apa saja yang termasuk "yang lahir dari daging". Semua yang saya warisi dari orang tua saya - seperti rasa sayang, talenta, kepandaian, kelembutan, kerendahan hati, kasih, rasa damai, ambisi, dan kesabaran - semua ini, dan yang lainnya, datang bersamaan dengan kelahiran saya. Apa saja yang saya miliki sebelum kelahiran baru, betapapun bagusnya dalam pandangan mata manusia, oleh Tuhan Yesus dikatakan sebagai bagian dari "apa yang dilahirkan dari daging adalah daging". Karena itulah, kita perlu bertanya kepada diri sendiri apakah semua yang kita miliki setelah kelahiran baru benar-benar berasal dari Allah. Atau, apakah yang saya miliki ini termasuk "lahir dari daging"? Janganlah kita berdalih dengan mengatakan bahwa hanya dosa dan kecemaran dari daging yang harus dibuang, sementara kelembutan alami, kesabaran, kemurahan, kepandaian, dan talenta dapat tetap dipertahankan tanpa pernah mengalami kelahiran baru dari Allah. Siapa di antara kita yang benar-benar menyadari bahwa semua yang kita warisi dari "yang pertama" - yang berasal dari daging - harus ditolak dan dibuang? Hendaknya dengan rendah hati kita menyadari bahwa hanya yang datang karena percaya Tuhan Yesus, karena percaya kepada Allah, dan yang datang karena pekerjaan Roh Kudus, hanya itulah yang dapat diterima Allah dan yang dapat menyenangkan Allah.

Karena itu, hal pertama yang sangat penting bagi seseorang adalah masalah kelahiran kembali. Diberkatilah ia yang memiliki dua kehidupan dan dua keberadaan (di bumi dan di sorga). Seseorang bisa saja mengakui Tuhan Yesus dengan mulutnya, bahkan pergi ke kebaktian gereja, tetapi semua yang ia miliki secara alamiah berasal dari orang tuanya, dan akibatnya ia tetap merupakan orang berdosa yang sedang menuju kebinasaan. Apa yang dimiliki dan dipelajari seseorang secara alamiah tidak dapat diharapkan dan tidak dapat digunakan di hadapan Allah. Tetapi jika seseorang percaya kepada Tuhan, ia akan memiliki apa yang berasal dari "yang kedua" - bahkan kehidupan kekal.

Umat Kristen saat ini harus belajar membedakan antara "yang pertama" dan "yang kedua", antara apa yang diwariskan orang tua kepada kita dan apa yang diberikan oleh Allah kepada kita melalui Roh Kudus. Sayangnya, banyak orang percaya tidak mengerti hal ini dengan jelas. Mereka tidak dapat membedakan "yang pertama" dengan "yang kedua", tidak dapat membedakan apa yang datang dari yang pertama dan apa yang datang dari yang kedua. Mereka berpikir bahwa selama mereka bersemangat dan sabar, selama kotbah mereka bagus dan doa mereka baik, maka kehidupan dan pekerjaan/pelayanan mereka akan diterima.

Izinkan saya untuk mengatakan bahwa saya tahu apa yang saya katakan. Allah tidak pernah melihat kepada pekerjaan yang dilakukan seseorang; Ia hanya melihat kepada sumber dari pekerjaan-perkerjaan baik tersebut. Apakah yang menjadi sumber pekerjaan-pekerjaan baik saudara? Bukan berarti Allah tidak menghendaki kelembutan, tetapi yang Ia tanyakan darimana kelembutan itu datang? Apakah datang dari diri saudara sendiri atau dari Roh Kudus? Dari mana sebenarnya semangat saudara berasal? Dari dirimu sendiri atau dari Roh Kudus? Prinsip apa yang menjadi dasar timbulnya pertanyaan-pertanyaan di atas? Hal ini berkisar pada pokok pembicaraan tentang "yang pertama" dan "yang kedua": Allah selalu menolak "yang pertama" tetapi menerima "yang kedua".

Sebagai contoh, saya mempunyai temperamen yang kurang sabar. Ketika saya melihat kesabaran pada orang lain, saya mengaguminya. Tetapi Allah akan terus memeriksanya lebih dalam dengan pertanyaan: darimana kesabaran tersebut berasal? Begitu kita lihat sesuatu yang baik yang berasal dari "yang pertama" segera kita menganggapnya baik. Tetapi Allah baru akan
mengatakan baik jika Ia melihat bahwa sumberNya adalah Ia sendiri. Dan kemudian kita dapat yakin bahwa apa yang Ia katakan baik adalah benar-benar baik. Apabila kita melihat seorang pengkotbah berbicara dengan berapi-api dan melayani dengan giat, mungkin kita akan berpendapat bahwa ia adalah seorang yang rohani. Tetapi Allah ingin tahu apakah kesungguhannya itu berasal dari "yang pertama" atau dari "yang kedua". Seorang saudara menceritakan betapa tidak mampunya orang-orang Kristen tertentu dalam hal ini. Mereka menganggap seorang pengkotbah yang memukul mimbar dengan kepalan tangannya adalah seorang yang hebat, berkuasa. Seharusnya kita bertanya, darimana kuasa itu berasal. Kita tidak dapat bergantung pada talenta, kuasa atau keberadaan yang berasal dari "yang pertama". Hanya yang muncul setelah kelahiran baru berasal dari "yang kedua", dan yang dengan sendirinya diterima Allah.

Prinsip Tentang Yang Kedua Berlaku Bagi Semua Orang Percaya

Prinsip ini berlaku untuk semua orang percaya, tidak hanya untuk pengkotbah/pendeta. Semua kebaikan alamiah - misalnya kesabaran - adalah seperti tali karet yang hanya dapat diregangkan sampai batas tertentu; tidak bisa diregangkan terus karena sudah mencapai kemampuan maksimumnya, dan sebagai akibatnya tidak bisa dipakai Allah. Berbeda jika kebaikan itu (dalam hal ini kesabaran) berasal dari Allah, ia dapat diregangkan sepanjang yang diinginkan. Hendaklah dimengerti bahwa sumber-sumber alamiah tidak dapat memenuhi kebutuhan rohani. Apa yang berasal dari "yang pertama", yaitu Adam, tidak akan pernah bisa menolong apa yang berasal dari "yang kedua", yaitu Kristus. Oh, betapa banyak yang berpikir bahwa selama mereka mengasihi orang lain, mereka dalam keadaan yang baik. Tetapi benarkah demikian? Apakah kasih tersebut berasal dari Allah?

Seorang saudara mengatakan bahwa yang boleh kembali ke sorga hanyalah yang berasal dari sorga. Kita menyebut sorga sebagai rumah kita karena kita dan semua yang kita miliki berasal dari sorga. Jadi, kembali ke sorga berarti kembali ke rumah. Tetapi jika apa yang kita punyai bukan berasal dari sorga, melainkan dari dunia, maka sorga cuma menjadi hotel, bukan rumah kita. Allah pasti tidak akan menerima kembali apa yang tidak berasal dari Dia.

Cobalah kita bertanya kepada diri sendiri: apakah ada perubahan dalam kehidupan kita setelah kita percaya? Apakah menjadi orang Kristen itu hanya berarti membuang semua dosa, kegagalan, kelemahan, dan kekotoran masa lalu? Memang benar bahwa itu semua dihapuskan; walaupun demikian Allah menyatakan dengan jelas di dalam FirmanNya bahwa itu saja tidak cukup. Ia tidak hanya menyebut segala yang jelek itu tidak baik, tetapi juga menganggap semua yang diberi nama "kebaikan dari daging" sebagai hal yang tidak baik juga. Ia menyatakan bahwa Ia tidak membutuhkan segala sesuatu yang berasal dari "yang pertama" - secara keseluruhan. Ia menolak kepandaian yang berasal dari daging sama seperti ia menolak dosa-dosa kotor yang berasal dari daging. Ia mencela kebaikan dari daging sama seperti ia mencela kecemaran dari daging. Ia tidak suka dengan segala sesuatu yang berasal dari kehidupan alamiah. Tidak satupun yang berasal dari kehidupan lama dapat dicampur dengan kehidupan baru.

Di dalam Injil kita membaca perkataan Tuhan Yesus: "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu." (Matius 10:37). Lebih jauh Ia mengatakan: "Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu." (Lukas 14:26). Tetapi Tuhan kita melalui salah satu dari surat-surat Paulus tidak hanya menasehati anak-anak untuk taat kepada orang tua mereka tetapi juga menasehati para orang tua untuk tidak membuat marah anak-anak mereka (lihat Efesus 6:1-4). Tuhan juga menunjukkan kepada kita hubungan yang seharusnya terjadi antara suami dan isteri: bagaimana suami harus mengasihi isterinya, dan juga sebaliknya isteri terhadap suami (lihat Efesus 5:22,25). Kitab Injil menekankan masalah "benci", sementara surat-surat dalam Perjanjian Baru menekankan masalah "kasih". Jika saudara tidak dapat membedakan antara "yang pertama" dan "yang kedua" - antara apa yang berasal dari daging dan apa yang berasal dari Roh - saudara tidak akan mengerti mengapa seolah-olah terjadi kontradiksi ; sebab pada waktu saudara mendengar Tuhan mengatakan "barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripadaKu, ia tidak layak bagiKu," mungkin saudara berkesimpulan bahwa saudara dapat memperlakukan keluarga saudara dengan sembarangan; atau ketika saudara mendengar Paulus berkata bahwa setiap anggota keluarga harus saling mengasihi, saudara berkesimpulan bahwa saudara harus mengasihi keluarga saudara lebih dari semuanya. Kalau demikian, saudara tidak mengerti bahwa apa yang tidak Tuhan kehendaki adalah kasih alami, sementara apa yang Paulus nasehati untuk dipelihara adalah kasih rohaniah. Jika kasih saudara bersifat alamiah, kasih tersebut terhadap keluarga saudara akan menjauhkan saudara dari Tuhan sampai persekutuan dengan Dia dan kasih kepadaNya berkurang, jika tidak hilang sama sekali. Tetapi jika saudara dengan rela menyerahkan ayah, ibu, isteri dan anak-anak saudara kepada Tuhan, bahkan mau membenci mereka jika Tuhan menghendakinya, maka saudara akan segera mengerti hukum kedua dari Allah - yaitu perintah untuk mengasihi ayah, ibu, isteri dan anak-anak saudara. Saudara akan dibebaskan dari "yang pertama" sehingga dapat
mengalami "yang kedua". Betapa besar kesalahan yang dilakukan jika hanya menerima sebagian Kitab Injil atau sebagian surat-surat dari Perjanjian Baru.

Harus Tetap Dibebaskan dari Yang Pertama

Kehidupan dan pekerjaan/pelayanan kita harus terus dibebaskan dari "yang pertama". Mungkin saya dapat membuat ilustrasi sebagai berikut. Relatif mudah untuk mengerti kedagingan dan rohaniah secara abstrak; tetapi sangat sulit untuk membedakannya pada kehidupan nyata sehari-hari. Bagaimana kita dapat tahu kebaikan mana yang berasal dari "yang pertama" dan kebaikan mana yang berasal dari "yang kedua"? Apakah ada tanda khusus sehingga kita bisa mengenalinya? Izinkan saya memberikan satu prinsip utama di sini: bahwa semua yang bersifat rohani sudah melalui kematian (saya percaya semua saudara yang sudah mengalami hal ini akan mengatakan amin). Dengan kata lain, semua yang rohani adalah semua yang sudah dibangkitkan. Apa saja yang berasal dari kelahiran jasmani, tanpa pengalaman dengan campur tangan kuasa Allah yang adikodrati, adalah milik "yang pertama": semua kepandaian, kemurahan, kebaikan, atau talenta yang dimiliki seseorang dari sejak lahir sampai percaya Tuhan Yesus dipandang Allah sebagai kedagingan. Tidak ada yang menyenangkan Allah dalam bagian ini. Tetapi setelah seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, maka semua yang diberikan Tuhan kepadanya oleh kuasa Roh Kudus adalah milik "yang kedua"; dengan tulus ia telah menolak semua kebaikan alami dan talenta yang ia miliki - senantiasa menganggap semua itu tidak dapat diandalkan - dan sebagai gantinya bergantung pada Roh Kudus untuk pimpinan, kekuatan dan kemenangan sampai Tuhan Yesus datang. Semua yang berasal dari "yang kedua",
semua yang berasal dari Allah, menghendaki orang percaya untuk melepaskan hikmat, kekuatan dan talenta pribadi. Semua yang kita peroleh setelah penolakan tersebut adalah "yang sudah dibangkitkan", yang rohani, dan "yang kedua".

Betapa sedikit "yang kedua" pemberian Allah yang kita miliki! Betapa jarang kita diatur oleh kehidupan "yang kedua"! Apa yang biasanya kita praktekkan adalah hanya membuang yang jelek tetapi menggunakan yang baik dari "yang pertama". Bagaimanapun juga Allah menyatakan dengan jelas, bahwa kepandaian alami, talenta, kelembutan dan kemurahan harus juga melalui
kematian sebagaimana kebejatan moral, kecemaran dan dosa harus dibuang. Walaupun demikian, mungkin kita bisa berspekulasi: Tidakkah kita bodoh jika kita tidak menggunakan kepandaian alami kita? Tidakkah kita jahat jika kita tidak menggunakan kelembutan alami kita ? Tetapi jawaban Alkitab terhadap pertanyaan tersebut adalah bahwa Allah menghendaki semua ini sudah melalui kematian. Misalkan saja saya sangat pandai. Dengan kepandaian saya, banyak ide baru yang bisa saya dapat dari Alkitab. Tetapi jika saya berharap untuk hidup menurut prinsip "yang kedua", saya tidak akan bergantung kepada kepandaian saya; sebagai gantinya saya akan bergantung penuh pada Allah. Apakah saya membaca Alkitab atau berdoa, saya akan
bergantung pada Allah, seperti Firman Tuhan mengatakan: "di luar Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5). Setelah itu baru saudara dapat mengerti bahwa saudara sudah melalui kematian. Saudara sudah mengosongkan diri saudara sendiri dalam hal ini. Dan selanjutnya saudara akan melihat bagaimana Allah mulai menggunakan kepandaian saudara yang sudah diperbaharui. Apa saja yang sudah melalui kematian, dengan kata lain telah melalui salib, dikehendaki Allah dan akan digunakan oleh Dia.

Kehidupan "Yang Kedua" - Sakit Terhadap Daging

Tentunya harap diperhatikan, bahwa kedagingan saudara pasti akan berteriak: "Ini kehidupan yang menyakitkan! Saya tidak punya kebebasan untuk bergerak secepat yang saya harapkan; sebagai gantinya saya harus menantikan Tuhan! Saya harus mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan saya dan harus menghabiskan waktu di dalam doa !" Tetapi kita harus ingat bahwa kehidupan jenis ini menghasilkan buah: "Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah(Yohanes 12:24). Walaupun Tuhan kita mengatakan demikian, banyak orang percaya yang menolak untuk menerima sikap hidup seperti itu (yaitu mati supaya menghasilkan banyak buah). Akibatnya semua bagian kehidupan mereka berada pada keadaan "yang pertama". Mereka sangat sedikit mengetahui bahkan sama sekali tidak pernah tahu tentang kehidupan "yang kedua". Kehidupan alami mereka menolak untuk melalui kematian. Dari luar mereka kelihatan sangat baik, tetapi mereka tidak bisa menghasilkan buah rohani yang sejati.

Izinkan saya menggunakan Tuhan Yesus sendiri sebagai ilustrasi. Ketika berada di dunia Tuhan kita tidak pernah mengenal dosa. Bahkan semua yang Ia katakan dari diriNya sendiri, semua yang akan Ia kerjakan saat itu tetap baik, karena memang pada dasarnya Ia tidak berdosa, suci, dan tidak bercacat: kehidupan dan keberadaanNya benar-benar sempurna. Walaupun demikian, selama pelayananNya di dunia Tuhan Yesus berulang-ulang menyatakan: "Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." (Yohanes 5:19). Mengapa Ia tidak mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri? Semata-mata karena Ia mengetahui bahwa jika Ia berbuat demikian, maka semua itu akan dikerjakan secara alami dan bukan sesuatu yang dikerjakan oleh Bapa. Jika Tuhan Yesus saja - sebagai seorang yang secara alami benar-benar sempurna, suci dan baik - tidak dapat berbuat apa-apa dari diriNya sendiri, apalagi kita; kita tidak dapat berbuat apa-apa dengan kekuatan kita sendiri. Jika Dia yang datang dari sorga tidak bergantung kepada kekuatan dagingnya (yang sebenarnya sudah sempurna), melainkan bergantung kepada kekuatan Roh Kudus, apalagi kita; seharusnya kita jauh lebih tergantung kepada Roh Kudus.

Apa saja yang dikerjakan Tuhan Yesus, dilakukan sesuai dengan kehendak Allah, dengan bergantung pada kekuatan Roh Kudus. Dengan demikian Ia memperlihatkan kepada kita suatu kenyataan bahwa yang dilahirkan tanpa dosapun belum merupakan sesuatu yang cukup baik di hadapan Allah. Kehidupan kita harus mengalahkan kebaikan alamiah sama seperti mengalahkan dosa dan kecemaran. Betapa besar - sebenarnya - tekanan yang dialami kehidupan Allah di dalam kita oleh kehidupan alamiah kita! Kehidupan dan pekerjaan/ pelayanan kita terlalu banyak diatur oleh pikiran-pikiran kita. Kita terlalu percaya kepada hikmat dan kekuatan kita sendiri di dalam melayani Allah. Panggilan Allah untuk kita saat ini adalah untuk datang ke hadapanNya dengan ketulusan hati dan mengakui, bahwa semua yang alamiah tidak dapat digunakan. Hendaklah kita menanggapinya dengan merendahkan dan mengosongkan diri kita di hadapanNya, supaya kita dapat percaya dan taat kepadaNya dengan sepenuh hati.
Kami mengakui bahwa kehidupan seperti ini menyakitkan bagi daging. Merupakan kehidupan yang bergantung dan senantiasa "merendah". Tetapi jika kita ingin memiliki kehidupan "yang kedua", setiap hari kita harus hidup dalam "kerendahan" sebagai hamba-hamba Allah. Kehidupan ini sangat menyenangkan Allah dan pekerjaan rohani yang dilakukannya sangat berhasil.
Sebagai kesimpulan izinkan saya mengatakan bahwa apa saja yang dapat dikerjakan tanpa membutuhkan doa, atau tanpa ketergantungan pada kuasa Roh Kudus, tidak akan menyenangkan Allah; hal ini justru akan dianggap salah oleh Dia, karena pasti berasal dari daging. Semoga semua keberadaan kita - dan semua yang kita miliki - muncul karena kepercayaan kita kepada Allah dengan merendahkan diri. Semoga setiap hari kita selalu mematikan kehidupan alamiah kita melalui kehidupan Allah, sampai kedatangan Tuhan kembali. Semoga ciptaan baru Allah menenggelamkan ciptaan lama kita.

Terjemahan dari FROM FAITH TO FAITH by Watchman Nee (Bab 2, The Principle of the Second), jwm, 27121992.

Tidak ada komentar: